Bab 2 : Prosedur Tetap
Suara rem angin Reo M35A2 meraung-raung disepanjang perjalanan menuju Peurlak. Suaranya memekakkan telinga orang-orang yang berpapasan dengan truk itu. Perjalanan yang direncanakan memakan waktu 10 jam, ternyata terlewat sampai 5 jam. Hal ini dikarenakan Danpos mereka mendapat kabar bila terjadi kontak senjata di daerah Peudada, Bireun. Sehingga terjadi blokade jalan Bireun – Banda Aceh untuk beberapa waktu. Akhirnya, Danpos memutuskan mereka untuk singgah di pos BKO wilayah Sigli sampai keadaan telah kembali kondusif untuk dilalui.
Tepat tengah malam dini hari, pasukan Satgas BKO tiba di Peurlak. Mereka menempati sebuah pos yang berada di jalan Lintas Provinsi Medan-Banda Aceh. Pos itu bekas rumah warga yang eksodus ke pulau Jawa. Letak pos Satgas BKO ini sangat strategis. Sekitar 100 Meter sebelah kanan terdapat sebuah SMA negeri, tepat dibelakang pos terdapat sebuah musala tempat remaja putri belajar mengaji Al quran. Sebelah kiri pos dipadati rumah-rumah penduduk dan beberapa warung. Sedangkan di depan pos, terdapat beberapa toko penjual barang-barang kelontong.
Para prajurit yang baru tiba di Peurlak bergegas menurunkan semua barang bawaan beserta alat-alat logistik yang dibawa dari Banda Aceh. Beberapa matras tidur dan alat masak lapangan turut diturunkan bersama kebutuhan krusial lainnya. Danpos Rudi yang ditugaskan sebagai pemimpin Satgas mereka telah lebih dulu turun mengecek lokasi pos. Ia memilih kamar tengah di dekat dapur untuk menyimpan logistik persenjataan.
***
Pagi ini, Briptu Rudi Syaputra yang menjabat sebagai komandan pos membagikan prosedur tetap selama mereka bertugas di Peurlak. Berdasarkan surat perintah, tim Satgas BKO akan bertugas di daerah ini selama satu tahun. Tim ini terdiri dari seorang komandan Pos berpangkat Bintara dan sepuluh orang prajurit Brimob berpangkat Bripda.
Yeben dan Rian sama-sama mendapat jadwal jaga malam sebanyak tiga kali dalam seminggu. Untuk piket masak, Yeben mendapat jadwal hari Jumat, dan Rian mendapat jadwal masak hari Minggu.
“Ben, pagi ini, Gue kena piket masak. Kita belanja ke pasar yuk, sambil melihat-lihat keadaan, mumpung hari Minggu” Ajak Rian. Yeben tengah sibuk mengeluarkan pakaiannya dari ransel.”
“Pergi aja sendiri, tanggung sedikit lagi kerjaanku belum kelar.” Elak Yeben tanpa melihat wajah Rian yang memelas.
“Ayolah, Ben, Please. Gue kena piket hari pertama pula. Belum tau juga dimana letak pasar di daerah ini. Apa loe gak khawatir kalau gue kesasar,” Rian memelas.
“Takut?” Ledek Yeben sambil melihat perubahan wajah Rian.
“Ya, enggaklah, Masa iya, Prajurit dengan pangkat Bripda seperti gue takut.” Ucap Ryan dengan bangga.