Cuaca hari ini lebih cerah dari hari sebelumnya. Langit kota Langsa nampak begitu indah dengan warna biru menghias langit cakrawala.Cut Alysia sudah bersiap-siap untuk berangkat mondok di pesantren Nurul Ulum. Cut Zainab, ibunya tengah menyiapkan segala keperluannya selama di asrama. Mulai dari pakaian, jilbab, alat tulis, peralatan makan, dan lainnya. Bahkan, alat-alat itu telah dipersiapkan dua bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai.
“Umi, Alysia sebenarnya sudah bisa menyiapkan alat-alat keperluan sendiri. Kan, Aliysia sekarang sudah siswa MTSN bukan siswa SD lagi.” Ucap Alysia sambil membantu Uminya memindahkan pakaian yang dipilihnya dari lemari ke tumpukan barang-barang yang akan di susun ke dalam sebuah box plastik besar.
“Justru karena masih MTSN maka Umi bantuin, kalau sudah tingkat Aliyah, pasti Umi biarin kamu kerjakan semua sendiri,” Umi membela diri. Padahal, Alysia tahu pasti, bila Uminya tidak pernah mengganggapnya telah remaja. Bagi wanita itu, Alysia adalah gadis kecilnya yang tidak akan pernah didewasakan oleh waktu.
“Lagi pula, jarak pesantren dengan rumah kita juga dekat, Mi. Kalau ada yang kurang tinggal ambil.” Celoteh Alysia asal.
“Nah, itu bedanya sekolah umum dengan pesantren. Walau lokasi pesantren dekat dengan rumah, Ai tidak boleh pulang pergi sesuka hati.” Umi menjelaskan sambil menyusun satu persatu alat-alat dapur ke dalam timba hitam ukuran 25 Liter.
“Oh, begitu, Mi?” ribet juga ya mondok di pesantren.
“Lho,kok ribet?”Uminya mengernyitkan dahi.
“Karena, kalau Alysia rindu Umi, tidak bisa langsung pulang.”
“Kan, setiap hari Minggu, kamu bisa pulang.”
“Berarti, hanya seminggu sekali, Mi?” giliran Alysia yang mengernyitkan dahi karena kaget.
“Iya,” ucap Umi sambil melanjutkan lagi pekerjaannya.
Sesaat setelah semua peralatan selesai disusun di dalam boks. Alysia bergegas mengganti pakaian. Ia mengenakan gamis berwarna biru cerah, dipadukan dengan hijab kotak-kotak dengan warna senada. Ia nampak sangat anggun dan cantik. Alysia memiliki pesona wajah khas gadis Timur Tengah. Hidungnya bangir, matanya besar nan indah. Bola matanya berwarna kecoklat-coklatan dibingkai dengan bulu mata tebal yang melekuk indah. Aliysia mewarisi wajah oval dengan dagu runcing serta rahang yang tajam dari Uminya.
“Ai, sini?” Panggil Umi. Ai, adalah nama panggilan kesayangan Abi dan Uminya.
“Iya, Umi.”