Menjelang Magrib, Surau Hijau yang diasuh oleh Tengku Aliyasak telah ramai oleh anak-anak yang akan belajar mengaji. Surau ini berada di ujung Barat Desa Kuta Cot. Warga desa menamai surau ini dengan sebutan Surau Hijau, karena dari sejak awal didirikan, cat surau ini selalu berwarna hijau.
Bangunan surau ini menyerupai rumah panggung dengan tinggi mencapai 2 Meter, Terdapat sebuah tangga di sudut kiri surau. Surau ini sengaja dibangun tanpa penyekat, sehingga udara pedesaan dapat langsung terasa. Bila musim penghujan, Teungku Aliyasak akan menurunkan tirai-tirai yang terbuat dari anyaman bambu untuk mencegah hujan masuk ke dalam surau.
Kebanyakan para orang tua di daerah Aceh menitipkan anak-anak mereka untuk mengaji di surau. Menyerahkan anak pada seorang tengku untuk belajar agama di sebuah surau sudah menjadi kebiasaan turun menurun dari orang tua terdahulu. Di Surau, anak-anak belajar membaca Alquran. Setelah lancar membaca Alquran, lalu dilanjutkan dengan kajian mengenai makna yang terkandung di dalam Al-Quran. Sesekali, bila ada waktu luang, Tengku Aliyasak juga berkisah tentang kisah-kisah teladan para sahabat nabi. Dari kisah-kisah teladan yang diceritakan ini, perlahan moral dan akhlak yang baik tertanam di dalam hati anak-anak.
Alysia masih berusia sepuluh tahun saat ayahnya menitipikannya untuk mengaji pada Tengku Aliyasak. Padahal, Ayah Alysia sendiri adalah ulama kharismatik yang sangat di segani di daerah Peurlak. Namun, Ayah Alysia lebih suka bila anaknya belajar di surau bersama teman-teman seusianya. Disamping mendapatkan ilmu agama, dengan belajar di surau, Alysia juga bisa mendapatkan banyak teman dan sahabat. Setiap harinya, Mereka mulai mengaji dari setelah Ashar hingga tiba waktu Magrib.
Sore itu, Nazarudin datang terlambat karena hujan turun sangat deras. Dengan menggunakan pelepah daun pisang, Ia tetap nekat menerobos hujan karena tidak ingin tertinggal pelajaran.
“Assalamualaikum,” Nazarudin mengucapkan salam. Badannya mengigil karena kedinginan
“Waalaikumsalam,” semua santri serentak menjawab salam.
“Hujan turun sangat deras, mengapa tidak tunggu hujan reda dulu.” Ucap Tengku Alyasak saat melihat pemuda itu menggigil kedinginan.