Cut Alysia

Vera Hastuti
Chapter #5

Bab 5 : Pesantren Bustanul Ulumul Qur"an

Aura kesibukan untuk mempersiapkan acara Maulid Nabi Muhammad saw di pesantren Bustanul Ulum sudah mulai terlihat. Hajatan akbar ini dilaksanan di bulan Rabiul Awal setiap tahun. Berbagai perlombaan diadakan oleh pihak pesantren untuk memperingati hari kelahiran nabi besar Muhammad saw. Tahun ini, pihak pesantren Bustanul Ulum menggelar delapan cabang perlombaan yang diikuti oleh dua tingkatan sekolah yaitu Madrasah Tsanawiyah Swasta Ulumul Quran dan Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran.

 

Pesantren Bustanul Ulum, Langsa adalah pesantren  nomor wahid yang ada di Aceh. Pesantren ini adalah pioner pesantren modern pertama yang di bangun di Aceh. Awalnya, pesantren ini berbentuk dayah. Di dayah, para santri hanya belajar ilmu kitab dan ilmu agama tanpa tersentuh oleh ilmu pengetahuan. Pada tahun 1961, dayah berubah menjadi sebuah Yayasan. Yayasan ini dibangun karena masyarakat Langsa menuntut hadirnya sebuah lembaga pendidikan yang mampu mendidik calon pemimpin ummat yang juga mempunyai kemampuan sebagai ulama.

 

Di Langsa, ibu kota Kabupaten Aceh Timur, pada tahun 1962 didirikan sebuah pesantren yang diberi nama “Dayah Bustanul Ulum” yang terletak di Jalan Irian Tualang Teungoh dan di bangun atas areal seluas 10.556 M2. Pembangunan pesantren pertama di kabupaten Aceh Timur ini di promotori oleh Letnan Kolonen Teungku Muhammad Noerdin, seorang Penguasa Perang Daerah Tingkat II Aceh Timur, Teungku Hasan Tanjong Dama, Teungku Husen Berdan dan Teungku Hasan Saudara.

 

Awalnya, Para santri Dayah Bustanul Ulum yang terdiri dari siswa SLTP dan SLTA belajar pesantren hanya pada malam hari. Sedangkan, pada pagi hari, mereka belajar pelajaran umum seperti biasa. Pada tahun 1968, dayah Bustanul Ulum juga melaksanakn program pendidikan dan pembinaan muallaf dengan membekali mereka ilmu pengetahuan agama selama kurang lebih satu tahun. Barulah Dayah Bustanul Ulum dilegalkan pada tahun 1972 dalam bentuk Yayasan dengan nama "Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa" yang telah disahkan dengan SK Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU-5278.AH.01.04 TAHUN 2010.

 

Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Timur pun tidak berpangku tangan, mereka membangun dua buah rumah permanen untuk guru di Komplek Dayah Bustanul Ulum Langsa.

Pada tahun berikutnya, Pemerintah Aceh Timur menghadiahkan sebuah rumah beserta tanah seluas 20 x 35 M untuk mendukung kegiatan yayasan Bustanul Ulum. Selanjutnya, Kursus Dakwah untuk para ibu dibuka pertama kali tahun 1979 dengan jumlah peserta 140 orang.

 

Melihat apresiasi yang tinggi dari masyarakat di sekitar kabupaten Aceh Timur tehadap pendidikan agama Islam, Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Timur beserta Ulama dan masyarakat ingin membangun lembaga pendidikan. Mereka ingin mendirikan suatu lembaga sekolah dimana pelajarnya diasramakan, lalu dibina dan di didik dengan memadukan antara pendidikan agama dan pengetahuan umum. Maka pada akhir tahun 1981 atas kerja sama Pemda Aceh Timur, MUI Aceh Timur dan Kantor Depag Aceh Timur, didirikanlah Madrasah Ulumul Qur-an (MUQ) yang kurikulumnya 50 banding 50 antara ilmu Agama dan ilmu pengetahuan umum.

 

Sejak saat itu, sistem pembelajaran tradional yang berlaku di Dayah Bustanul Ulum Langsa diganti dengan sistem pembelajaran baru yang lebih modern  di Madrasah Ulumul Quran hingga saat ini. Tahun 1983 Madrasah Ulumul Qur-an dipindahkan ke lokasi baru yang terletak di pinggir jalan raya Banda Aceh-Medan, yaitu di Desa Alue Pineung Kecamatan Langsa, Kabupaten Aceh Timur.

 

Di desa Alue Pineung, Pesantren Ulumul Quran Bustanul ulum dibagun di tanah seluas 25 hektar. Terdapat dua tingkatan pendidikan di Pesantren ini, yaitu Madrasah Tsanawiyah Swasta Ulumul Quran dan Madrasah Aliyah Ulumul Quran. Sesuai namanya, Fokus pendidikan di pesantren ini adalah Alquran, yaitu menjadikan para santri menjadi pembaca yang baik dan tahfidz Quran.

 

***

Cut Alysia Pradita tengah tekun mempelajari tilawah Alquran. Dari semenjak pertama menjadi santri, Ia telah mengikuti kelas khusus belajar tahfidz bersama ustadzah-uztadzah senior di pesatren Bustanul Ulum. Ia belajar tiga hari dalam seminggu pada saat jam belajar malam.

 

“Alisya, kamu mau ikut lomba tahfidz khusus pada acara maulid nabi bulan depan?” tanya Ustadzah Radiah saat mereka baru saja selesai membaca surah An naba tanpa ada kesalahan bacaan.

 

Lihat selengkapnya