Cut Alysia

Vera Hastuti
Chapter #11

Bab 11 : Yayasan Harapan Kasih Ibu

Rumah Singgah Harapan Kasih Ibu telah berdiri selama lebih dari lima tahun. Bangunan semi permanen itu di bangun di atas tanah seluas 500 Meter Persegi. Pasangan suami istri, Teuku Syarif Syafdin dan Cut Zainab sengaja membangun rumah singgah itu untuk tempat bernaung para anak-anak putus sekolah dan berekonomi lemah di kawasan Alue Pineng.

 

Seiring berjalannya waktu, berkat bantuan dari beberapa lembaga swadaya dan beberapa donatur lainnya rumah singgah itu berubah menjadi yayasan Harapan Kasih Ibu. Bentuk bangunan yang awalnya semi permanen ini bersalin rupa menjadi bangunan permanen berlantai dua. Lantai dasar memiliki empat ruang dan lantai atas memliliki 5 ruangan.

 

Semenjak Aceh Bergejolak di kawasan Peurlak, banyak anak-anak yang menjadi korban konflik di daerah ini yang masuk menjadi anggota tetap di yayasan yang didirikan oleh orang tua Alysia ini. Anggota di yayasan ini rata-rata anak-anak usia sekolah menengah Pertama dan sekolah Menengah Atas. Pagi sampai siang hari mereka bersekolah di sekolah dasar negeri, sedangkan sore sampai petang mereka di latih keterampilan di yayasan ini.

 

Cut Zainab telah menganggap semua anak di yayaasan itu seperti anak sendiri. Ia mengajari semua anak perempuan itu keterampilan menjahit, merajut dan menyulam. Awalnya, hanya ada satu mensin jahit milik Cut Zainab yang digunakan secara bergantian oleh anak-anak di yayasan itu. Dua tahun kemudian, Setelah Teuku Sayarif Shafdin melayangkan proposal bantuan ke kantor Bupati Aceh Timur, Yayasan ini mendapat enam bantuan mesin jahit dari dinas sosial kabupaten setempat.

 

Ibunda Alysia itu pantas untuk terseyum bangga, saat mendapati banyak siswa alumni didikkannya kini telah mandiri dan sukses membuka usaha sendiri. Bahkan beberapa dari alumni itu, membuat nama yayasan sebagai nama toko tempat usaha mereka. Sudah ratusan alumni Yayasan Harapan Kasih Ibu yang sukses berkarir dan tersebar di seluruh kabupaten di Aceh. Setiap hari raya, rumah Cut Zainab selalu ramai oleh para alumni yang menganggap pulang ke rumah Cut Zainab seperti pulang ke rumah mereka sendiri.

 

Melihat semangat istrinya, Teuku Syarif Syafdin juga tidak mau tinggal diam. Lelaki yang memiliki darah hulu balang itu pun menghadirkan teknisi-teknisi handal bidang omotif untuk mengajarkan keterampilan bengkel dan reparasi sepeda motor bagi para pemuda yang menjadi anggota yayasan. Teuku Syarif Sfafdin dan istrinya, terkenal sebagai salah satu orang terkaya yang paling dermawan di wilayah Peurlak.

 

***

 

Pagi itu, Rumah orang tua Alysia nampak lengang. Rumah terbesar di kampung Alue Pineng itu dirancang oleh seorang arsitek lulusan terbaik Universitas Indonesia. Rumah itu bergaya klasik Eropa 1 lantai. Rumah bercat putih gading itu berjarak sekitar 800 M dari bangunan Yayasan Harapan Kasih Ibu. 

 

Aminah dan Sayifullah memperlebar langkah menuju perkarangan rumah. Seperti kebanyakan rumah di Aceh, rumah Teuku Syarif Syafdi juga memiliki sebuah saung yang terletak di sudut kanan halaman. Saung itu di bangun di bawah pohon mangga yang tengah berbuah lebat. Teuku Syarif Syafdin dan Cut Zainab sering menghabiskan waktu sore mereka di saung itu.

 

 

“Assalamualaikum,” Ucap Aminah ketika mendapati rumah itu tidak tertutup rapat.

 

“Waalaikumsalam,” tidak berselang lama, terdengar jawaban salam dari dalam rumah.

 

Lihat selengkapnya