Syaifullah menyentak kasar koran yang terbit hari ini ke atas meja. Berita tewasnya Teuku Syarif Shafdin dan istrinya oleh orang-orang tidak dikenal menjadi headline berita di surat kabar terkemuka di daerah Aceh itu. Foto kedua orang tua Alysia terpampag jelas di halaman pertama koran itu.
Lelaki berusia 45 tahun itu sangat geram saat mengetahui Cut Alysia Pradita, menjadi satu-satunya orang yang selamat dalam kejadian malam tadi. Ia tidak dapat menyimpan rasa kecewa, ketika orang yang menjadi sasaran utama agresinya malam tadi justru bisa selamat.
“Ternyata, gadis yang menjadi fokus serangan kita malam tadi lolos dari maut,” Suara Syaifullah setegah berbisik kepada lima orang temannya yang ikut saat argresi malam tadi.
“Berita dari mana, Pakcik?” Tanya seorang lelaki yang usianya paling muda di antara mereka.
“Dari surat kabar yang terbit hari ini,” jawab Syaifullah sambil menunjuk ke arah meja.
“Padahal, saya telah memberondongkan timah panas dengan berkali-kali ke arah gadis itu. Kalau bukan karena keajaiban, sangat sulit baginya untuk bisa selamat,” jawab seorang laki-laki berperawakan tinggi kurus yang duduk di sudut meja.
“Saya juga melihat saat Jakfar menembaki gadis itu saat mereka berada di halaman belakang rumah,” Seorang lelaki brewok yang duduk di sebelah Syaifullah ikut menimpali.
“Gadis itu dilindungi oleh seorang prajurit Brimob yang bertugas di dekat SMA 1, ini betis kiriku juga terkena bidikan senjatanya,” Lelaki bernama Jakfar menunjukkan betis sebelah kirinya yang masih terbalut kain kasa.
“Apa?” Syaifullah membelalakkan matanya dengan tajam, ia nampak sangat geram saat mengetahui ternyata gadis itu selamat karena mendapat perlindungan dari aparat keamanan. “Tapi, aku tidak ada melihat Alysia malam tadi, kemana gadis itu?” tanya Syaifullah lagi, ia memandang ke arah Jakfar.
“lelaki itu menolongnya dari arah belakang rumah Teungku Syarif Shafdin, sepertinya brimob itu sudah mengetahui dengan jelas seluk beluk rumah target kita malam tadi,” Jakfar menambahkan lagi penjelasannya.
“Berani-beraninya Brimob itu mencampuri urusan kita,” ucap Syaifullah murka, ia memukul meja dengan keras.
“Saya menduga, brimob itu juga yang memberi tahu teman-temannya yang lain di pos Satgas BKO tentang keberadaan kita malam tadi di rumah target. Seharusnya, kediaman Tengku Syarif Shafdin yang luas dan berselang dari rumah warga lainnya memudahkan kita dalam proses eksekusi.” Jakfar mencoba mengait-ngaitkan kronologi kejadian malam tadi.
Baru saja Syaifullah akan meluapkan amarahnya, Nazarudin telah nampak di ujung lorong menuju ke arah mereka. Syaifullah dengan secepat kilat menyembunyikan koran yang tergeletak di atas meja ke dalam saku bajunya yang besar.
“Apa yang terjadi Abuwa? Seperti ada suara ribut-ribut,” Tanya Nazarudin sesampainya di ruangan itu.