Cut Alysia

Vera Hastuti
Chapter #24

Bab 24 : Markas Asal

Sesaat setelah dokter mengijinkan Yeben untuk keluar dari rumah sakit, ia langsung bergegas menemui Alysia di rumah Geucik Alue Pineung. Saat mereka bertemu, wajah gadis itu masih menyiratkan duka yang dalam. Mata Alysia masih sembab, ia nampak lebih kurus dari sebelumnya. Alysia langsung senang saat mengetahui Yeben mengunjunginya.

 

“Apa kabar, Alysia?” tanya Yeben membuka percakapan setelah Geucik Aleu Pineng mempersilahkannya duduk di ruang tamu.

 

Alhamdulillah baik, Bang,”.

 

“Saya turut berduka cita atas musibah yang menimpa Abi dan Umi,”

 

Mendengar Yeben menyebut Abi dan Umi, Alysia langsung mengangkat kepalanya. Ia menatap wajah lelaki itu dengan lekat. Gadis itu terkejut saat lelaki itu tahu bila dia memanggil orang tuanya dengan sapaan itu.

 

“Terima Kasih, Bang,” 

 

“Kami sangat menyesal tidak dapat menolong mereka malam itu,” Nada suara Yeben menyiratkan kepedihan yang dalam.

 

“Allah sudah menggariskan demikian,” Ucap Alysia dengan nada suara yang mulai serak menahan tangisnya agar tidak pecah. “Alysia mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh anggota Satgas. Terutama Abang, yang telah menyelamatkan nyawa saya,” lanjut Alysia lagi.

 

“Oh, Itu, sudah menjadi kewajiban kami sebagai anggota keamanan,” jawabnya dengan kaku. “Alysia,” panggil Yeben sembari menatap kepada Alysia yang duduk di samping kursinya.

 

“Ya,” Alysia mengangkat wajahnya saat mendengar nada serius pada panggilan Yeben.

 

“Bagaimana rencana Alysia ke depannya?”

 

“Maksudnya, Bang?” tanya Alysia sambil mengerutkan dahinya.

 

“Alysia masih duduk di kelas 2 SMA, kan?”

 

“Iya,”

 

“Apakah masih melanjutkan sekolah disini? karena setahu saya, Alysia tidak memiliki sanak saudara di desa ini.”

 

Alysia terhenyak mendengar penuturan lelaki itu. Ia tidak mengangka bila Yeben mengetahui banyak hal tentang dia dan keluarganya.

 

“Saya akan tetap menamatkan SMA di sini, Bang,” Jawab Alysia. Dia sendiri sebenarnya masih binggung dengan arah hidupnya. Selama ini, semua kegiatan dan gerak-geriknya diatur oleh kedua orang tuanya.

 

“Sampai tamat SMA, kamu tinggal dimana?” Selidik Yeben lagi. “Kan, tidak mungkin, Alysia tinggal sendiri di rumah sebesar itu,”

 

Alysia termenung sekejab. Ia membenarkan apa yang diucapkan oleh lelaki yang duduk dihadapannya itu. Saat ayah dan ibunya masih ada aja, rumah itu sering terasa sepi. Apalagi kini, bila dia tinggal seorang diri. Kejadian malam itu saja masih menyisakan trauma yang dalam.

Lihat selengkapnya