Cut Alysia

Vera Hastuti
Chapter #30

Bab 30 : Muallaf

Alysia mengikuti kuliah dengan serius. Ia datang ke kampus setengah jam sebelum pembelajaran dimulai. Diantara mata teman-teman seangkatannya, gadis itu terkenal sebagai mahasiswa yang paling rajin dan disiplin. Yeben setiap pagi memantau keadaannya. Menanyakan apakah gadis itu sudah makan tepat waktu. Sesekali, bila Alysia sedang tidak sibuk kuliah, Yeben mengajak gadis pujaan hatinya itu untuk sekedar melepas penat di tepi pantai Ule lee.

 

Sore ini, Yeben telah bersiap-siap. Ia memakai pakaian terbaiknya. Ia menggunakan stelah kemeja liris lengan pendek di padu dengan celan jeans berwarna hitam. Tidak lupa, lelaki bertubuh kekar itu menyemprotkan Parfum bermerk Jo Malone di pergelangan tangannya, menambah penampilannya lebih terlihat maskulian.

 

Suara bisik-bisik terdengar dari teman-teman kos Alysia yang kebetulan tengah duduk di teras depan halaman rumah ibu kos mereka. Baru kali ini, mereka melihat lelaki setampan Yeben. Mereka terkesima saat melihat lelaki itu begitu sopan saat turun dari mobil dan meminta izin mengajak Alysia untuk jalan-jalan ke pada induk semang mereka. Teman-teman kos Alysia mengetahui bila gadis itu mempunyai teman pria. Tapi, tidak pernah menduga bila teman Alysia itu setampan bintang Film di Televisi.

 

Yeben melajukan mobilnya dengan pelan mengintari wilayah Darusalam, setelah sebelumnya meminta izin kepada teman-teman Alysia yang berada di teras rumah. Sore itu, Jalan utama menuju Mesjid Raya Baiturahman itu lumayan padat. Tepat di perempatan Simpang Jambotape, Banda Aceh, Yeben memutar stiur kemudi ke arah kiri menuju  bundaran Simpang Surabaya.

 

Yeben memarkirkan mobilnya di halaman sebuah kafe yang berada di kawasan Simpang Surabaya. Dengan gegas, ia membukakan pintu mobil untuk Alysia dan mengajaknya menuju sebuah meja yang telah dipesan sebelumnya. Meja itu terletak di sebelah Barat Cafe. Sebuah kolam dengan ikan koi yang hilir mudik ke sana ke mari membuat suasa di tempat itu menjadi lebih artistik.

 

“Mau pesan apa, dek?” tanya Yeben sambil membolak-balikan menu makanan yang disediakan oleh café itu.

 

“Pesan Juice Sirsak saja, Bang.”

 

“Tidak makan?”

 

“Tidak, Bang,” Alysia menggeleng. “Tadi, kami buat nasi goreng bersama teman-teman kos.”

 

“Oh!” seru Yeben sambil menulis menu pesanannya dan menyerahkan kepada pelayan Cafe yang telah menanti di samping meja.

 

Suasana sore di cafe itu nampak lengang. Hanya ada beberapa pengunjung yang mengisi meja di bagian depan. Yeben menatap lekat Alysia. Paras gadis itu semakin cantik dan anggun. Ada perasaan bahagia yang sulit dilukiskan oleh Yeben bila ia sedang berada di dekat Alysia. Dari sejak pertama, mereka bertemu di desa Alue Pineng, Yeben telah menaruh hati padanya. Hanya gadis itu, yang bisa membuat hati Yeben sedemikan hangat dan berwarna.

 

“Kok bengong, Bang?” pertanyaan Alysia membuyarkan lamunan Yeben.

 

“Eh, iya,” Yeben menjawab dengan kikuk.

 

“Lagi ngelamunin apa, Bang?”

 

“Lagi ngelamunin adek,”

 

“Sejak kapan, Bang Yeben sudah pinter gombal?”

 

“Sejak sekarang,” jawab Yeben sambil melebarkan senyumnya. “Dik,” Yeben memanggil Alysia pelan.

Lihat selengkapnya