Saat di tanda tanganinya nota kesepahaman antara pemerintah RI dan GAM, Alysia telah menyelesaikan pendidikan sarjananya. Kini, ia tengah menempuh Kepaniteraan Klinik Junior (KKJ) di rumah Sakit Zainal Abidin. Dalam seminggu, ia mendapat tugas dinas malam tiga sampai empat kali. Sebenarnya, Yeben pernah menyinggung soal pernikahan usai gadis itu menerima idjazah pendidikan dokter. Namun, justru kali ini, mereka terbentur restu ibunda Yeben.
Yeben ingin pernikahan mereka direstui oleh semua keluarga dan sanak famili. Sudah lama, Ia mengangankan Mamanya menjadi peganti sosok Umi di hati Alysia. Bukan Yeben namanya, bila dengan mudah menyerah pada keadaan. Sembari menanti Alysia menyelesaikan pendidikan dokter mudanya, Yeben terus berjuang dan berusaha meyakinkan ibunya akan pilihan hidupnya.
Karier Yeben selama bertugas di Aceh melonjak pesat. Ia sangat ahli dalam menciptakan strategi penyamaran dan penyelidikan. Prajurit berpangkat brigadir ini sangat lihai mendeteksi ancaman yang dapat mengganggu keamanan. Sudah lebih dua tahun, ia menjabat sebagi Bintara Unit bagian intel di Polda Aceh.
***
Sore ini, Yeben mengajak Aysia untuk berkeliling di seputaran kota Banda Aceh. Pasca ditayangkanya penjanjian damai Helsinki di stasiun-stasiun TV Nasional. Jalanan menuju masjid Raya Baiturrahman dan lapangan Blang Padang, Banda Aceh telah dipadati oleh masyarakat yang menyambut hasil keputusan ini dengan penuh rasa syukur. Binar kebahagian terpancar jelas dari wajah mereka. Masyarakat telah lelah menghadapi konflik berkepanjangan di Aceh. Mereka meluahkan semua kesenangan dengan menyebut asma Allah diiringi dengan shalawat nabi.
“Semoga, Aceh selamanya damai, Ya, Bang.” Ucap Alysia saat melihat kerumunan massa dari kaca jendela mobil.
“Iya,” jawab Yeben, ia sedang fokus mengemudikan mobil di antara lautan massa yang memenuhi jalan raya.
“Bila teringat konflik Aceh, Alysia langsung teringat kejadian Abi dan Umi lima tahun lalu,” ucap Alysia dengan nada sedih.
“Semua rakyat Aceh merasakan duka akibat konflik, dek dengan kadar kesedihan masing-masing. Sekarang kita harus banyak bersyukur, Aceh dan Ri sudah menemukan titik kesepakatan.”
“Iya, Bang. Tapi, karena konflik, Alysia jadi hidup sebatang kara.”
“Loh, kok sebatang kara? Kan, ada abang, disini yang selalu ada untukmu.”
“Iya,” Alysia mengaminkan ucapan lelaki itu. Sejak awal kuliah di Banda Aceh, Yeben telah mengisi hari-harinya. Yeben selalu ada untuknya kapanpun ia butuhkan. Setiap hari, Yeben akan mengingatkannya makan tepat waktu. Bila gadis itu sakit, Yeben dengan setia menemaninya ke dokter atau mengantarkan obat. Lelaki itu mengetahui semua hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh Alysia. Yeben mencintai gadis itu melebihi cintanya pada diri sendiri. Pun Alysia, sudah menganggap Yeben bagian dari hidupnya. Ia akan merasa ada hal yang kurang bila pemuda itu belum menelpon atau mengirimkan pesan singkat untuknya.
“Kita memandang senja tenggelam di pantai Ule lheue saja, yuk.” Suara Yeben membuyarkan lamunan Alysia. Lelaki itu sangat tahu pasti, bila Alysia sangat suka melihat panorama sore di tepi pantai. Gadis itu senang memandang burung camar tebang kembali kembali ke perduannya di cakrawala sore yang berwarna merah saga.
“Yuk, sambil makan jagung bakar, ya, Bang.”
“Oke, siap.”