Ucapan syukur menggema di ruang pemeriksaan saat Nazarudin mendengarkan penuturan dokter ahli syaraf yang bertugas pagi itu. Struk ringan yang menyerang tubuh ibunya, dapat disembuhkan dengan bantuan terapi. Perot yang muncul pada wajah ibunya juga dapat disembuhkan karena masih masuk kedalam gejala Bell”s Palsy yang juga dapat disembuhkan dengan cepat jika diberikan terapi dan pijat wajah.
Setelah dokter selesai memeriksa ibunya, Nazarudin menyusul Alysia kembali ke poli anak. Tapi sesampainya di depan ruangan itu, ia tidak menemui lagi sosok gadis itu disana. Pemuda itu telah bertekat akan mencari tahu keberadaan Alysia. Ia mendorong kursi roda ibunya ke arah parkiran. Siang ini, ia lebih memilih untuk mendahulukan baktinya kepada wanita yang telah sepuluh tahun dirindukannya itu.
***
Nazarudin menekan nomor ponsel Syaifullah berulang kali, Ia ingin mendengar penjelasan pamannya mengenai Alysia. Terakhir kali, pamannya mengatakan gadis itu tewas bersama keluarganya dalam sebuah kecelakan. Pemuda itu menekan sekali lagi tombol panggilan keluar, tidak lama terdengar suara pamannya mengucap salam dari arah telepon genggamnya.
“Bagaimana kabarmu di Koeta Radja, Nak?” tanya Syaifullah dengan nada ceria.
“Alhamdulillah, Baik,” Jawab Nazaarudin singkat. “Abuwa, ada hal penting yang ingin saya tanyakan.” Nazarudin mencoba mengatur gemuruh di hatinya.
“Hal penting apa, Nak?”
“Ini mengenai Alysia, Abuwa.”
“Alysia?” suara pamannya terdengar terkejut.
“Iya, Abuwa, Kemarin, aku bertemu dengannya di Rumah sakit.”
“Apa?” tanya pamannya dengan suara bergetar.
“Tujuan Nazar menelpon pagi ini, ingin mendengarkan langsung penjelasan paman mengenai Alysia.” Suara Nazar terdengar tegas dan menusuk.
Sambil terisak, Syaifullah menjelaskan kronologis kejadian yang terjadi dari awal mula kedatangannya dan Aminah ke rumah Teungku Syarif Shafdin pagi itu. Serta penolakan halus Cut Zainab saat mereka ingin merekrut anak-anak yayasan untuk mengikuti pendidikan Militer di Libya.
“Lalu, mengapa Abuwa tega menghabisi nyawa Ayah dan Ibu Alysia?” Tanya Nazarudin dengan nada marah.
“Karena, mereka menolak lamaranmu, Abuwa tidak terima.”
“Tidak mungkin, hanya gara-gara ayah Alysia menolak pinangananku sampai harus membuat gadis itu menjadi yatim piatu. Pasti ada alasan lain yang membuat Abuwa sampai tega berbuat sedemikian kejam.” Nazarudin mendesak pamannya untuk menjawab jujur.