Cut Off

Dewi Fortuna
Chapter #2

Berita dari Mantan


Pertemuan demi pertemuan dengan Gina saat diskusi bersama tim KKN makin membuncahkan gelora cinta di hatiku. Dia menunjukku sebagai ketua kelompok dari empat kelompok yang terbentuk di unitnya. Alhasil, interaksiku dengan dia kian intens. Meskipun membahas program kerja, tetapi momen tersebut sangat kunikmati. Kesempatan yang belum tentu terulang setiap hari.

Hari itu, aku dan beberapa teman ketua kelompok di satu unit hendak survei ke lokasi KKN. Aku merekomendasikan armada yang akan digunakan sebagai transportasi ke sana. Kebetulan teman Papa punya usaha rental mobil. Tentu saja soal harga bisa dinego demi menekan budget yang dibebankan tiap anggota. 

“Hati-hati, nyetirnya, Barra. Jangan ngebut,” pesan Mama saat aku pamit untuk survei ke lokasi KKN.

Aku sengaja menawarkan diri sebagai pengemudi agar biaya sewa supir bisa dihilangkan. Sebenarnya bukan itu tujuanku yang utama. Namun, aku ingin mencuri perhatian Gina, sang ketua unit. Sejak awal diskusi dia selalu berusaha menekan biaya yang harus dikeluarkan. Istilah yang disebut olehnya adalah hemat budget. Hal itu disebabkan ada beberapa teman anggota yang masuk kategori mahasiswa penerima bantuan biaya pendidikan dari pemerintah. Jadi semua pos yang memungkinkan akan dihemat pengeluarannya. Termasuk urusan makanan.

“Semua sudah siap?” tanya Gina saat kami berkumpul di kampus. “Barra? Siap, ya?” 

Dua jempol kuacungkan padanya. Pertanda kesiapanku sudah maksimal. Gina pun mengajak enam teman lainnya segera masuk ke mobil. Bersamaan dengan itu, ponselku tiba-tiba berdering. Aku meminta izin mengangkat telepon sebentar sebelum menyetir mobil.

“Ra, aku positif hamil.” 

Pengakuan Tia Andini, salah satu mantan pacarku bagaikan gelegar petir di siang bolong, tanpa hujan, tanpa gerimis, dan tanpa mendung hitam. Aku dan Tia memang pernah mencoba mencicipi salah satu kenikmatan dunia tersebut. Aku berani melakukan perbuatan asusila itu karena ditantang oleh temanku, Dion. Dia mengaku berhasil menjebol keperawanan Tia. Menurut Dion, Tia sangat mudah ditaklukkan. Aku pun menerima tantangan Dion. Hingga akhirnya, Tia pasrah di pelukan usai kubisikkan untaian kalimat cinta dalam diksi indah dan penuh makna.

“Gue lagi mau ke luar kota. Entar gue hubungin lagi,” jawabku mengakhiri telepon Tia. Sebelum masuk ke mobil, aku memblokir nomornya. Aku khawatir dia akan mengganggu selama di perjalanan.

Lihat selengkapnya