Cut Off

Dewi Fortuna
Chapter #6

Sang Penghisap Darah

Derit suara seperti gesekan antar kayu terdengar setiap kali aku mengubah posisi tidur, dari terlentang berubah miring dan sebaliknya. Sempat ada kekhawatiran tempat itu akan roboh, tetapi aku tak punya pilihan lain. Jika memaksa berbaring di lantai yang berkarpet plastik pun rasanya tak tega. Binatang melata mungkin akan bersukacita menggerayangi tubuhku. Bagaimana jika ada yang iseng jalan-jalan masuk ke lubang-lubang yang ada di tubuhku, seperti lubang hidung, lubang telinga? 

Seperti beberapa bulan lalu, entah dari mana datangnya, seekor semut berhasil membuatku kalang-kabut. Mungkin dia tidak menggigit, hanya berkeliling di dalam telinga. Namun, rasanya sakit sekali. Aku susah-payah mencoba mengeluarkannya dengan berbagai cara. Hasilnya nihil. Semut masih nyaman rekreasi di telingaku. Saat itu, suara yang terdengar di gendang telingaku sangat berisik. 

Akhirnya binatang kecil penggemar makanan manis itu berhasil keluar setelah air ludah kugosok-gosokkan di bagian daun telinga. Gila! Ia masih hidup. Dengan santainya keluar seperti tak merasa berdosa. Sejak saat itu aku sangat protektif melindungi telinga dari kawanan semut. Merinding jika aku mengingatnya. Benar-benar pengalaman yang sangat menyiksa. Entah apa maksud dari kejadian itu. Hikmahnya pun rasanya belum kutemukan hingga saat ini. Hanya kengerian bila sampai terulang kembali.

Sementara itu, di atas plafon kamar ini seperti sedang terjadi pesta para binatang pengerat. Mereka tak henti-hentinya membuat suara gaduh seolah-olah sedang berkejaran atau mungkin sedang berebut makanan. Entah, apa yang mereka lakukan? Suaranya sangat mengganggu. Saat aku hampir terlelap, aktivitas binatang tersebut sangat mengejutkan. Aku kembali tersadar. Terlelap lagi, lalu tersadar lagi. Berulang kali seperti itu hingga momen kantukku hilang. Yang ada tinggal mata terpejam, tetapi pikiran masih sadar dan pendengaran tetap tajam. Menikmati suara gaduh sepanjang malam hingga hampir pagi.

Kondisi separah itu masih ditambah pengapnya udara di ruangan tanpa ventilasi yang memadai. Tak ada pendingin ruangan, tak ada kipas angin juga. Peluh sukses membasahi kaosku. Saat aku melepas kaos untuk mengurangi rasa gerah, dalam sekejap binatang pengisap darah berdengung nyaring sekali di telinga, siap menancapkan jarum penghisap darahnya dan menyedot sekenyang-kenyangnya sampai membuat tubuhnya gembung, penuh cairan manis kental warna merah yang berasal dari tubuhku. Konon, golongan darah O rasanya manis. Darahku bergolongan O, pasti nyamuk sangat menyukainya.

Keinginan membuka jendela agar suhu kamar menjadi sejuk pun urung, usai menyaksikan banyaknya nyamuk yang terlanjur terjebak di kamar. Mereka terbang ke sana-kemari mencari mangsa. Situasi yang sangat dilematis. Buka jendela, nyamuk makin banyak, buka pakaian, alamat dikeroyok nyamuk juga.

Tidur di kamar pondokan ini rasanya seperti tidur di atas batu. Bantal dan guling juga tak bisa memberi rasa nyaman di bagian leher dan kepala. Tak ada rasa empuk-empuknya sama sekali. Meskipun sprei terlihat masih baru, tetapi tak bisa menutupi keadaan aslinya yang jauh dari harapan. Jika tidur di tempat tidurku tubuh bak dimanjakan karena daya pegas yang lentur, di kasur ini yang terasa justru pegal-pegal. Aku curiga, yang dijadikan pengisi kasur bukanlah kapas asli dari pohon kapuk randu. Karena terlalu keras di badan. Mungkin, semacam kain perca, atau bahan sisa dari perusahaan konveksi. Ah, entahlah. Yang jelas sangat tidak nyaman.

Lampu penerangan juga minim cahaya. Mirip suasana temaram ketika sinar sang surya hampir redup ketika hari akan berganti malam. Jika digunakan untuk membaca buku, tingkat pencahayaan di kamar ini sangat jauh dari kelayakan. 

Suatu kondisi yang baru pertama kali terjadi seumur hidupku. Biasanya aku tidur di ruangan ber-AC. Kasur empuk, dengan bantal dan guling lembut. Sirkulasi udara pun sejuk, menyegarkan. Lampu ada dua macam, yaitu lampu tidur dan lampu utama. Selain itu televisi juga bisa kunikmati menjelang mata terlelap. Kadang aku memutar musik instrumental untuk menambah relaksasi ketika hendak tidur. Tentu jauh lebih nyaman bila dibandingkan dengan keadaan di pondokan tempat KKN.

Lihat selengkapnya