Awan kelabu menggantung di angkasa. Jika hujan turun, mungkin rasa gerah kala tidur di kamar yang minim ventilasi bakal hilang. Entah bisa tidur nyenyak atau justru begadang lagi. Secara malam pertama di pondokan terasa begitu menyiksa. Tadi sore Gina malah bilang malam ini tim akan mulai membuat program kerja. Ah, pikiranku sepertimya buntu. Rona merah di pipi gadis itu kian memacu detak jantungku. Ingin rasanya buru-buru mendekapnya. Mengecupnya. Lalu, melanglang buana hingga ke luar angkasa. Oh, mimpi sang penghalu.
Malam itu kami berkumpul di pondokan wanita. Sebenarnya ada rasa menyesal, mengapa pondokan kami dipisahkan. Kabarnya, tim di desa lain satu pondokan untuk tujuh orang. Tidak peduli isinya pria dan wanita. Mungkin sesuai adat setempat, aparatur desa mengaturnya sedemikian rupa. Ada plus-minusnya apa pun yang dipilih.
“Barra, kamu mau bawain apa programnya?” Pertanyaan Gina membuyarkan pikiran.
“Ehm, belum. Entar gue kabarin kalo dah survei sekeliling,” jawabku polos.
Jujur, aku belum punya ide sama sekali. Melihat teman-teman satu tim sudah punya banyak program. Gila. Banyak juga. Minimal lima program per mahasiswa untuk lima minggu di tempat KKN. Aku harus bikin program apa? Misiku itu pendekatan pada Gina Kalila.
“Besok, kamu sama Virgo bisa cek ke sekitar pantai. Mungkin nemu ide di sana, Bar.”
“Siap, Komandan,” sahutku cepat. Virgo yang kulirik cuma mengacungkan jempolnya pertanda setuju.
“Kalau dilihat dari rencana teman-teman, kayanya belum merambah kawasan tepi pantai. Rata-rata pada bikin demo di sekolahan, di aula desa, terus ini ada satu demo ngolah jambu air. Tempatnya, di … palingan di rumah Pak RT kali, ya, Din?”
Di pojokan dekat jendela, mahasiswi yang dipanggil “Din” memberi tanda “oke” dengan ibu jari dan telunjuknya.
Diskusi rencana program dari masing-masing mahasiswa sudah selesai di bahas. Gina mempersilakan kami membubarkan diri. Sebagian teman perempuan langsung ke kamar. Sisanya ada yang masih membuka laptop. Virgo juga sudah keluar dari pondokan wanita. Sedangkan Gina masih menggeser-geser tetikusnya. Bulu mata gadis itu kuperhatikan sangat lentik. Alisnya yang melengkung, menyamai bulan sabit makin indah bersama bola mata yang serasi dengan bentuk bibir.