Cut Off

Dewi Fortuna
Chapter #10

Perkenalan

“Barra! Ayo cepet, Nak!” 

Suara Mama terdengar nyaring di depan pintu kamar. Aku melompat dari tempat tidur. Kulempar selimut sembarangan. Sambil mengucek mata aku membuka pintu. Astaga! Mama sangat rapi pakaiannya. Mau ke mana dia? Mengapa menyuruhku cepat-cepat? Apakah aku melewatkan acara keluarga? 

“Ya, ampun! Kamu baru bangun?” Suara Mama makin melengking di telinga. Hah? Memangnya ada acara apa? Aku segera bertanya pada Mama.

“Aduh, masa kamu lupa? Kita ada janji dengan Om Firman. Papa sama Mama mau kenalin kamu dengan anaknya.”

Oh, my God! Aku benar-benar lupa. Perjalanan pulang dari KKN ternyata cukup melelahkan hingga aku tertidur sangat lama. Huh! Salat apa saja yang belum kukerjakan? Aduh! Bencana apa yang akan terjadi nanti? Sungguh dilema!

Bagaimana dengan Gina? Aku belum sempat menceritakan gadis pujaan hatiku itu pada Mama dan Papa. Mama memberi waktu sepuluh menit untuk bersiap. Beliau langsung pergi tanpa menunggu pendapat ataupun persetujuan dariku. Huh! Runyam kalau begini jadinya.

Sebagai anak yang berusaha berbakti pada orang tua aku menuruti saja keinginan mereka. Toh, baru kenalan, belum final. Meskipun keputusanku ikut dengan mereka sangat beresiko terhadap hubunganku dengan Gina Kalila. Bagaimana jika dia tahu tentang acara ini? Aku tidak ingin kehilangan Gina. Rasanya hanya dia wanita yang berhasil menggetarkan dada. Hanya dia yang berhasil meruntuhkan image. Tanpa basa-basi, apa adanya, cinta tumbuh subur tanpa rekayasa. 

Aku, Mama, dan Papa meluncur ke tempat pertemuan. Aku yang menyetir mobil. Mama duduk di tengah. Papa di depan, samping kiri. Tak ada percakapan penting selama kami berada di perjalanan. Arus lalu lintas tidak terlalu ramai meskipun hari hampir memasuki fase senja. Mungkin karena weekend, orang-orang sedang libur kerja, dan anak-anak sekolah juga libur. Kepadatan arus tidak terlalu parah.

Kafe yang dijadikan tempat pertemuan kami terletak di pinggiran kota. Dekat dengan bibir pantai. Hamparan samudra tampak luas dan menjadi view sebagian tempat. Mama rupanya yang memilih lokasi tersebut. Biar romantis katanya. Hm, romantis itu jika aku duduk berdekatan dengan Gina sambil menikmati senja. Terlebih lagi jika saling bersentuhan meluahkan gelora asmara yang membara. 

Lihat selengkapnya