“Barra, bentar-bentar.”
Aku tak menghiraukan ucapan Gina. Saat gairah sedang memuncak begini yang ada hanya keinginan bercinta. Jangan sampai momennya hilang. Ibadah paling nikmat, ya, bercinta dengan pasangan sah. Gina sudah sah menjadi istri. Aku berhak menyentuh apa saja yang dia miliki. Menikmatinya sepuas hati tanpa khawatir dosa lagi.
“Barra! Tunggu dulu.” Gina mengeraskan suaranya. Akhirnya aku melepas pelukan dan menghentikan kecupan di sekujur tubuhnya.
“Ya, Sayang. Ada apa?”
“Hih, kamu ini. Salat dulu, dong,” bisik Gina manja di hadapanku. Adudu, suaranya membuat aku merinding.
Akhirnya aku ke kamar mandi dan segera mengambil air wudu. Benar-benar istri pilihan. Mau bercinta saja masih ingat salat. Tak salah aku menjadikannya pasangan hidup selamanya. Saat aku kembali, Gina sudah memakai mukena bordir warna putih. Anggun sekali dia, mirip bidadari. Apakah dia kelak yang akan jadi bidadariku saat di surga? Semoga saja Gina yang menjadi bidadariku nanti.
Kami segera menunaikan salat dua rakaat. Setelah itu kami memadu cinta kasih yang sedari tadi mendidih. Benar-benar surga dunia. Rasanya tak bisa aku ceritakan. Penuh sensasi dan kenikmatan luar biasa. Jika tahu sedahsyat ini pasti aku tak akan berlama-lama menunda pernikahan. Yang mengherankan, mengapa aku tidak merasakan apa-apa saat melakukan dengan Tia? Apakah seperti ini bedanya? Sesuatu yang haram dan halal. Berbanding seratus delapan puluh derajat.
Malam itu gerimis turun. Suaranya samar terdengar di teras balkon. Suasananya sangat mendukung untuk bercinta lagi setelah sukses sesi pertama. Aku sudah bertekad akan membuat Gina bahagia. Jangan sampai dia mencari kepuasan sendiri atau pada laki-laki lain. Aku masih sanggup memainkan beberapa ronde.
Paras Gina makin cantik saat bercinta. Dia sepertinya sangat menikmati setiap proses dari awal hingga akhir. Senyum di bibirnya itu malu-malu untuk berekspresi. Ketika hormon oksitosin terlepas bebas. Ketika napasnya mendadak tak teratur. Wajah memerah disertai gerakan erotis. Keindahan luar biasa yang hanya bisa kusaksikan setelah kami resmi menjadi suami-istri.
Jika dilukiskan dengan kata, hingga ribuan lembaran kertas habis pun tak akan pernah selesai sensasi kenikmatan yang kurasakan saat bercinta dengan istri tercinta. Sepanjang hidup, pasti akan ada cerita baru perihal cinta dua anak manusia. Cinta termanis, terindah, paling bahagia, yang didambakan sebagian besar manusia.
Meskipun kami sudah menikah, kuliah terus berlanjut. Aku dan Gina sama-sama sedang mempersiapkan seminar proposal skripsi. Kami sering ke kampus berdua sejak menikah. Beberapa teman sering memuji keputusan kami perihal menikah saat kuliah.
Rata-rata tidak ada yang berani menikah sebelum wisuda. Biasanya orang tua tidak mengizinkan anaknya menikah muda. Berdalih belum bekerja, belum punya nafkah, belum mandiri, maka pernikahan kadang ditunda hingga sekian tahun sampai anak-anaknya punya penghasilan tiap bulan.