Cut Off

Dewi Fortuna
Chapter #29

Saham Sang Dokter

Dokter Hans mengajak duduk di kafe sebelah rumah sakit. Kafe FanAya yang pernah digunakan Mama untuk pertemuan dengan klien. Kafe tempat aku memergoki sang dokter dengan Gina. 

“Jadi, saat itu Gina sedang kalut. Dia tidak mau memberitahu hasil tes kesuburan Anda. Di saat yang sama, dia juga ingin segera hamil,” lanjut Dokter Hans. “Mau pesan apa, biar saya yang traktir.”

Aku tidak berminat memesan apa-apa. Namun, dokter memaksa memesankan jus jeruk karena dia juga ingin minuman itu. Tak ada alasan, aku mengiyakan saja tindakannya. 

“Di ruangan itu ada kamera CCTV. Saya lantas mengajak Gina ke indekos. Di sana saya kembali memberikan beberapa alternatif agar dia bisa hamil. Tetapi dia saat itu sangat agresif. Istri Anda tidak mau berupaya dengan beberapa pilihan yang saya tawarkan.”

Darahku kini mendekati titik didih. Badan mendadak terasa panas. Begitu jus jeruk diantarkan oleh pelayan, segera kuteguk sebagian. Aku berharap cerita selanjutnya tidak membuat stroke.

“Istri Anda mendekati saya. Dia meminta saya melakukan sesuatu. Anda tahu, saya lelaki normal. Saya masih lajang. Siapa yang tidak tergoda oleh rangsangan? Sebagai pria normal, jujur saya tergoda. Istri Anda langsung menyentuh bagian-bagian yang tidak bisa saya kontrol. Hingga pembuahan secara alami pun terjadi begitu saja. Ibarat kata tanpa rasa cinta. Hanya nafsu antar dua manusia berlainan jenis.”

“Apa Gina mencapai puncak?”

“Ya, tentu! Syarat mendapatkan anak laki-laki, sang wanita harus puas lebih dulu. Dia juga pandai menjaga momen. Dia melakukannya sampai tiga kali sebelum saya lemas.”

Ya Tuhan! Gina sampai puas tiga kali? Denganku saja dia hanya bisa satu kali. Mengapa bersama dokter itu dia sangat menikmati? Apa Dokter Hans memberi rangsangan yang begitu menggiurkan?

“Jadi, Miko bukan anak saya?”

Dokter Hans mengangguk pasti. Kini, rasanya tak hanya tsunami yang terjadi, melainkan aku bagai terkubur hidup-hidup di dalam tanah. Dadaku rasanya sesak sekali. Kepala seperti mau pecah. Seliar itukah Gina saat bersama dokter? Tak kusangka sebelumnya jika Gina bakal berbuat nekad. 

“Apa Dokter cinta istri saya?” tanyaku setelah meneguk habis jus jeruk di meja. 

“Awalnya tidak. Hanya nafsu saja. Yah, saya khilaf. Saya minta maaf. Tapi tanpa rayuan dan godaan istri Anda, saya tentu tidak akan terlena. Perlu Anda tahu, keperjakaan saya hilang saat diajak bermain oleh Gina.”

Lihat selengkapnya