Cut Off

Dewi Fortuna
Chapter #36

Prestasi

Meskipun Mama sedang dalam perawatan dokter, aku terpaksa pamit untuk bekerja di perusahaan cabang. Aku berpesan pada Bi Ranti agar menjaga Mama karena Papa juga tidak berada di rumah. Menurut Mama, Papa sedang di luar pulau selama satu minggu ke depan.

Aku juga mengantar Gina dan Miko ke rumah sendiri agar tidak mengganggu pikiran Mama. 

“Persoalan kita belum selesai. Jadi kamu jangan ke mana-mana sebelum urusan di antara kita beres,” pesanku pada Gina ketika akan melanjutkan perjalanan ke luar kota ke perusahaan cabang. Gina tidak menjawab. Dia hanya membawa Miko masuk ke rumah dan menguncinya dari dalam.

Bagaimanapun juga, dia masih berstatus istri sah sebelum aku ceraikan. Selama Mama belum pulih aku berniat menunda keputusan yang akan kuambil.

Sore itu aku sampai di indekos. Kamar yang kutempati lumayan pengap. Wajarlah, satu minggu lebih kamar itu tertutup rapat. Aku segera membersihkan kamar dan menyulapnya menjadi kamar hotel yang super rapi, bersih, dan wangi. Walaupun badan lelah, tetapi aku akan lebih lelah jika tidur di tempat yang kumuh. 

Malamnya aku menelepon Dokter Hans. Pria usia tiga puluhan itu harus aku tanya lebih dulu perihal hubungannya dengan Gina. 

“Apa Dokter suka dan cinta sama Gina?”

Dokter Hans mengatakan bahwa dia sekarang cinta dengan Gina. Kehamilan Gina yang kedua adalah inisiatif sang dokter. Gina hanya melakukan atas dasar balas jasa atau sebagai ucapan terima kasih karena telah berhasil mendapatkan anak laki-laki, si Miko itu. Dokter Hans tidak yakin apakah Gina juga punya rasa yang sama dengannya atau tidak.

Aku juga menanyakan pada Dokter Hans, bagaimana sikap dia jika berada di posisiku. Dokter Hans meyakinkan dengan tegas bahwa dia pasti akan menceraikan Gina karena sudah berkhianat pada suaminya. 

Sebagai laki-laki waras, tentu aku sependapat dengan Dokter Hans. Yaitu menceraikan Gina. Sebab jika kondisi yang ada dibalik, Gina yang mandul misalnya, aku tidak akan semudah itu menghamili perempuan lain tanpa pernikahan terlebih dulu. 

Jika Gina tidak bersedia dimadu, aku akan membujuk Mama agar mengambil anak angkat walaupun itu berat bagiku. Secara aku sangat sayang pada Gina. Dan aku tidak mau mengkhianati cintanya. 

Namun, nasi sudah jadi bubur. Tak mungkin semua dikembalikan seperti semula. Ibarat kaca, ia telah retak, bahkan mungkin pecah berkeping-keping. Mustahil menyatukannya lagi menjadi utuh, sempurna. Pasti ada bekas retakan yang akan terlihat selamanya.

Untuk sementara waktu, biarlah aku akan fokus bekerja dulu mengenbangkan karir yang baru kurintis. Jangan sampai masalah keluarga mengganggu tugas dan kegiatanku di kantor. Bak sudah jatuh, dan tertimpa tangga, aku tak ingin terguyur air mendidih. Mandul, dikhianati sang istri, jangan sampai karirku berantakan.

Lihat selengkapnya