Pagi itu aku pulang ke rumah. Gina terlihat sedang memandikan Miko. Makanan di meja sudah tersaji lengkap. Apa dia menyediakan itu semua untukku? Semalam aku memang mengabarinya bahwa aku akan datang ke rumah dan menyelesaikan persoalan di antara kami.
“Sarapan dulu, Barra,” ujarnya ketika Gina melintas hendak ke kamar dan melihat aku duduk di ruang tengah.
Kali ini aku tidak berminat untuk makan. Mungkin pengaruh pikiran. Hari ini, nasib rumah tanggaku akan menemui takdir terakhirnya.
Biarlah semua usai. Seperti berlalunya para pemain dari panggung. Berganti dengan para pemain baru dengan pertunjukan lain yang lebih seru. Laksana menutup halaman sebuah buku, semoga di halaman baru kisah hidupku lebih membahagiakan dari sebelumnya.
Biarlah perkara yang menghimpit jiwa-ragaku hanyut dalam arus sungai yang momennya selalu berganti setiap waktu. Yang pasti aku akan selalu berusaha menampilkan pertunjukan terbaik yang bayangannya dapat dilihat dari atas permukaan danau kala ia menjadi cermin.
“Kamu siap-siap. Kita akan ke rumah sakit,” perintahku kepada Gina. Dia hanya mengiyakan.
Sebelum berangkat ke rumah sakit aku menelepon Dokter Hans. Aku meminta waktunya sebentar untuk berbincang. Dokter itu menyanggupi permintaanku. Dia akan menemui aku tepat jam sembilan pagi.
Hari itu, aku bersama Gina dan juga Miko berkendara menggunakan mobil ke rumah sakit. Sejak jam setengah delapan aku sudah keluar dari rumah sebagai antisipasi jika arus jalan tersendat akibat kemacetan. Minimal kami akan sampai di lokasi sekitar jam sembilan kurang lima belas menit.
“Kita mau ngapain ke sana, Barra?” tanya Gina saat di perjalanan.
“Nanti kau juga tahu,” jawabku sembari kembali fokus mengemudikan mobil.
Jalanan padat merayap seperti biasa. Jam sibuk kata orang-orang. Maklum, mereka sedang menuju ke suatu tempat, entah kantor, pasar, sekolah, atau instansi tertentu, dan lain-lain. Sesuai dengan rencana, kami sampai di rumah sakit hampir jam sembilan.
Ruangan Dokter Hans langsung kami tuju setelah memberitahu kepada petugas yang berjaga di loket pendaftaran. Dia mempersilakan aku dan Gina langsung masuk karena sudah membuat janji bertemu terlebih dulu.