Cyborium

Gia Oro
Chapter #1

Kontras

Jingga dan biru bersinggungan sangat kontras di hamparan langit terbentang, sudah seperti laut air asin dan laut air tawar yang bertemu namun tidak saling menyatu. Tidak banyak yang memperhatikan fenomena di sore hari itu, kecuali beberapa orang termasuk diantaranya adalah seorang gadis yang baru saja keluar dari gedung kampus itu. Ia menoleh ke sekitar, memang tidak banyak peduli selain mereka terlihat antusias membicarakan suatu hal atau beberapa hal sebelum pulang. Beberapa lainnya ada yang ke kantin. Hanya sedikit dari kaum lelaki yang mulai saling berspekulasi tentang apa yang sedang berlangsung atau yang akan terjadi kelak.

Gadis yang sempat menghentikan langkahnya itu menghembuskan napas, sesekali menyelipkan rambut sebahunya yang tergerai ke belakang telinga namun tetap selalu gagal karena rambutnya memang tidak beraturan dengan ada yang lurus dan ada yang meliuk ke luar serta ke dalam. Tidak jauh dari kampusnya, ia melangkah ke indekos yang sudah melewati bilangan setahun ditempatinya. Sebelum berbelok memasuki sebuah gang, ia menghentikan langkahnya kembali dan memandang langit sekali lagi. Benaknya terhubung pada apa yang pernah ia tonton di video jagat maya, dan sang pengunggah dikabarkan hilang beberapa hari setelah mengunggah. Buah benak yang tidak jauh berbeda dengan apa yang menjadi spekulasi beberapa lelaki di kampusnya mengenai langit dua warna.

"Kaulaaaa!!!" Suara riang terdengar mendekat dari gang, si gadis yang memang sang pemilik nama itu refleks menoleh. Agak mundur dengan samar saat tetangga di sebelah kamar indekosnya kian memangkas jarak dan meraih kedua tangannya seperti berjabat tangan. Rupa di wajahnya begitu sumringah. Sedangkan Kaula, tetap tenang meski sorot matanya menunjukkan keingintahuan pada tetangga sebelah kamarnya itu.

"Akhirnya kamu pulang!!! Aku tidak bisa nonton kalau tidak ada kamu!!!"

Kaula melengkungkan bibirnya dengan amat samar, seakan-akan pasrah ketika tangannya ditarik ke indekos mereka. Setelah menaiki tangga, ia cukup heran bahkan bingung karena tetangga sebelah kamarnya membuka kamarnya begitu saja, namun saat akan memeriksa kunci kamar di tas, sang tetangga sebelah kamar dengan tanpa izin menyambar tas itu dan melepaskan sepatu Kaula ke dalam. Sekejap kemudian pintu kamar ditutup dan beralih ke kamar si tetangga.

Tidak ada protes yang keluar dari mulut Kaula, gerakan si tetangga sebelah kamar terlalu cepat seolah-olah diburu waktu. Seiring waktu bergulir dalam bilangan detik kemudian, Kaula memaklumi sang tetangga sebelah kamar yang bisa dikatakan lebih dekat dengannya dibandingkan para penghuni kamar-kamar indekos lainnya itu, karena pasti memang tidak nyaman menonton film atau serial tanpa ditemani untuk berbagi keseruan, maka dari itu si tetangga sebelah kamarnya ini seperti memaksa untuk menonton bersama. Padahal sama sekali drama yang sedang ditonton tidak menarik minatnya tatkala pertama kali diajak menonton—karena genre percintaan bukan seleranya. Tetapi dikarenakan mau tidak mau harus menonton dan memperhatikan jalan cerita, belum lagi menjelang akhir bulan ini si tetangga sebelah kamar akan pindah dikarenakan pekerjaannya dekat sini yang membuatnya menyewa indekos sudah selesai, rasa keberatan mulai berkurang. Dan sangat disyukurinya kali ini adalah episode terakhir yang akan ditonton.

Dengan pintu kamar yang ditutup tetapi tidak dikunci, suasana kamar yang tidak dihidupkan lampu sudah seperti bioskop. Belum lagi ternyata camilan ternyata sudah disiapkan untuk mencegah kantuk. Ya, ini yang buat Kaula tidak suka genre percintaan karena tidak ada keseruan—yang justru membuatnya mengantuk. Untung saja dari sejak menonton di episode pertama sampai sekarang, sedikit pun Kaula tidak merasakan kantuk karena di dalam dirinya tersembunyi kecurigaan terhadap berita yang pernah dibacanya, bertepatan dengan drama yang ditontonnya mulai dijadikan santapan publik. Kali ini kecurigaannya menjadi samar dirasakan oleh tenggelam ke dalam cerita.

Untuk pertama kalinya, Kaula menangis seseunggukan ketika jalan cerita mulai berakhir. Ia lalu menghidupkan lampu kamar, ia mengerang kesal namun juga ingin tertawa ketika dilihatnya orang yang memaksanya menonton bersama ternyata dalam keadaan kepala terkulai meski sedang duduk. Terlihat si tetangga sebelah kamar begitu nyenyak, padahal seharusnya Kaula yang demikian.

Lihat selengkapnya