Cyborium

Gia Oro
Chapter #6

Mati Listrik

Pemuda cybopire itu mulai lakukan penyamaran dengan menjadi staf akademik di kampus Kaula, demi terus berada dalam jangkauan dengan tuan putrinya. Mereka bersepakat untuk bertindak seolah tidak saling mengenal, namun tetap berusaha cari kesempatan untuk berbicara terutama dari Nakayan sendiri yang baru beberapa hari bekerja sudah mendapatkan kabar terbaru. Mengenai kehebohan dari para vampire yang tiba-tiba membuat panik seisi kampus. Sebuah momen akan diadakan kontes pemilihan model untuk iklan kampus dalam rangka menarik minat calon mahasiswa dan mahasiswi baru, rapat mengenai momen itu, titik lokasi akan dijadikan tempat uji coba para vampire dimulai dari ruang rapat mengenai rencana kontes tersebut. Akan tetapi semua buyar oleh kehadiran para makhluk yang selama ini dianggap fiktif. Tidak diketahui pasti kaitan antara para cybopire waktu itu dengan momen kontes pemilihan model, tetapi hal terasa ganjil tanggal untuk kontes telah diundur tanpa alasan yang jelas. Sama sekali tidak dibahas mengenai kericuhan perkara vampire sampai kabut mengaburkan pandangan, dan anehnya orang-orang yang terlibat atau di sekitar tidak tampak telah mengalami kekacauan tersebut.

Kaula menjadi lebih banyak termenung, terutama saat kegiatan kuliah tidak berlangsung. Benaknya bahkan beberapa kali membentuk kemungkinan mengenai keterkaitan antara satu hal dengan hal lain. Kadang-kadang ia kembali teringat tiga orang yang dikiranya satu kampus dengannya, namun tiap melihat wajah tiap mahasiswa dan mahasiswi atau orang-orang lalu lalang di kampus tidak ada tiga wajah itu ditemukannya. Lambat laun ia merasa hari kian hari bergulir terlalu biasa dijalaninya seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak dipedulikannya mahasiswi-mahasiswi yang menggoda Nakayan, hal mengenai Nakayan ditelusuri setelah materi kelas usai di ruang komputer.

Gadis itu memasang wajah datar, terlalu banyak wajah bernama Nakayan yang tampil di layar. Ia kemudian mencari kata kunci lain yang akan ia masukkan, berusaha mengingat apa-apa dari Nakayan. Satu kata akhirnya ditemukan, jemarinya menghentak-hentak menampilkan tulisan 'Sibopaya' pada kotak pencarian—belum diketahuinya mengenai tulisan yang sebenarnya. Akan tetapi saat menekan tombol 'enter', komputer mati seketika yang bersamaan ruangan menjadi gelap seperti sedang mati listrik. Hanya ada bayangan wajahnya pada layar yang sudah hitam.

Seseorang masuk, wajahnya dingin namun juga kelihatan tersimpan sebal di baliknya. Kaula mengenalinya, merupakan juniornya di tingkat satu. Tidak masuk ke ruangan sebagaimana yang sempat dikira Kaula, juniornya itu meraih sebuah kacamata dari balik jaketnya. Tidak terlihat seperti kacamata biasa, karena di salah satu ujung tungkainya terdapat sesuatu yang ketika dipakai akan mirip earphone.

"Siap-siap kalian ke atas karena mereka pasti akan segera datang," kata si junior saat menekan benda mirip earphone itu ke dalam lubang telinganya.

Kaula yang masih belum paham apa yang dilakukan juniornya itu lantas berdiri dari duduknya, ia mulai khawatir bila juniornya itu adalah seorang vampire. Mungkin sebentar lagi wujud mengerikan akan diperlihatkan, namun tersadar mengenai untuk apa vampire menggunakan benda berupa kacamata yang merangkap earphone? Tidakkah biasanya langsung menyerang?

Sempat pandangan mereka saling bertautan, sampai si junior meraih sesuatu lagi benda lain di jaketnya. Berbentuk rubik yang sangat serupa dengan milik Nakayan namun berukuran lebih kecil dengan kelap-kelip merah. Wajah itu sempat masam seperti malas akan melakukan sesuatu. Ia memutar rubik itu dan seketika kelap-kelap merah itu tidak menyala. Seraya menyimpan kembali benda itu, sesuatu dari tungkai lain pada kacamata uniknya ia ambil.

Kening Kaula berkerinyit oleh sesuatu itu berupa pulpen mekanik yang kemudian diarahkan ke satu titik di luar ruangan. Mengikuti arah pulpen itu, Kaula lantas melihat ke luar ruangan melalui jendela. Seseorang lagi datang, wajahnya dikenali sebagai salah satu dari tiga orang—yang dikira satu kampus. Wujud mengerikan dari seseorang itu mulai tampak, saat itu juga terjengkang oleh tembakan tidak bersuara yang menembus kepala. Sang junior yang melakukannya, menekan pulpen mekaniknya yang rupanya adalah sebuah pistol.

"Tuan putri!" Terdengar suara Nakayan. Kaula tidak bisa melihat keluar karena gentar pada juniornya. Ia bahkan tidak bisa menyaksikan dua lainnya—yang dikiranya satu kampus dengannya—datang seraya wujud vampire itu muncul, dan Nakayan dengan segera menampakkan dirinya pula sebagai vampire akan menuntaskan mereka.

"Pastikan kau tidak meninggalkan jejak seperti kemarin-kemarin yang sudah lalu," pinta si junior dengan tenang pada Nakayan. "Untung saja sebelum kabut menutupi pandangan, kami bisa menghilangkan jejakmu!"

Kaula terpaku diam memandang si junior dengan penuh ketidakmengertian. Perhatiannya teralihkan ketika mendengar langkah dari orang yang baru datang, dilihat dari jendela ruangan ada dua orang yang tiba.

"Kefadi, mereka ada berapa?" tanya salah seorang dari dua yang datang itu.

Lihat selengkapnya