Stadion olahraga itu memang selalu lengang di sore hari. Hanya ada orang-orang jalan sore dan anak-anak latihan futsal di tengah lapangan. Pada salah satu titik di deretan teratas bangku yang mengelilingi lapangan futsal, Nakayan dan Kaula duduk di sana. Bukan menikmati hembusan segar angin sore atau melihat orang-orang sekitar olahraga, Kaula justru asyik membaca surat-surat cinta yang diterima Nakayan. Sebelumnya pada saat keluar kelas dan melintasi ruang staf, ia melihat seorang mahasiswi keluar dari ruangan dengan wajah berbunga-bunga. Mengintip ke dalam, sosok yang menyamar dengan nama Kaoru itu tengah memegang surat. Hanya dengan isyarat mata saja ketika pandangan bertemu, ia paham untuk ikuti tuan putrinya ketika tugas sebagai staf ada kelonggaran. Sembari menikmati jajanan dekat stadion yang dibawa ke deretan bangku penonton, sang tuan putri membaca surat-surat itu sampai menyengir bahkan tertawa, dan beberapa ada yang membuatnya syok.
"Hey, aku belum tau nomor ponselmu!" seru Kaula saat menemukan surat yang berisi minta nomor ponsel. Mengerti saja oleh Nakayan, pemuda itu memberikannya melalui ketikan di ponselnya. "Eh, kukira jam canggihmu juga bisa dijadikan ponsel..."
"Itu hanya untuk koneksiku dengan mereka yang menjalin interaksi resmi denganku sebagai cybopire milik tuan putri."
"Pasti jam kamu itu rahasia ya?"
"Ya, tidak ada yang boleh tau ini kecuali tuan putri."
"Tapi bicara 'mereka'... bukannya putra ilmuwan yang menyuruhmu menemuiku? Seharusnya bukan 'mereka' dong? Apa putra ilmuwan itu banyak?"
"Tidak. Memang putra ilmuwan yang memerintahkanku, tapi ia memiliki para anggota semacam staf—yang mereka itulah orang-orang yang menjalin interaksi resmi serta rahasia denganku."
"Oh, sudah seperti kantor ya???" Kaula tidak sungguh-sungguh bertanya, ia menyimpan nomor Nakayan ke ponselnya, lalu melakukan misscall supaya Nakayan menyimpan nomornya. Saat menyimpan kembali ponselnya, air mukanya seperti ragu akan sesuatu yang sebenarnya ingin ia bicarakan sampai meminta Nakayan mengikutinya untuk bicara berdua. "Ngomong-ngomong apa kau tidak rasakan adanya vampire sejak di kampus hari ini?"
"Tidak."
"Kenapa begitu? Sepertinya kamu pernah bilang kamu akan rasakan bahaya kalau ada vampire...???"
"Benar, tapi bila wujudnya berbentuk manusia biasa tidak bisa kurasakan atau kukenali."
"Ha? Padahal kukira zat darimu di dalam tubuhku juga bisa mendeteksi bahaya mengenai vampire tanpa peduli bagaimana bentuknya..."
"Tidak, hanya aktif saat ada bahaya bila wujudnya benar-benar vampire."
"Tapi kau tadi merasakan zat itu aktif kan? Soalnya tadi aku lihat seseorang yang terus menatapku tanpa berkedip sampai kuhampiri. Kukira dia sama sepertimu..."
"Tapi aku sungguh tidak merasakan adanya vampire di sekitar."
"Lalu kenapa kau lihat aku tadi...???"
"Aku hanya berusaha memantau tuan putri—saat Konita lengah—selagi memang mataku bisa menemukan tuan putri, dan pandangan bertemu, terlebih pandangan tuan putri menunjukkan seperti butuh bantuan. Jadi aku hampir berdiri, namun tuan putri melarangku."
"Ngh? Hanya kebetulan saja tatapan kita bertemu?" Kaula berdecak. Diam sesaat dengan bibir mengatup rapat, sebelum kembali mengungkapkan buah lamunannya. "Mungkin aku sudah paranoid sejak kau datang...? Hm, bahkan sepertinya sejak aku mengakuimu, beberapa orang aneh tampak sengaja benar menjadikanku target, seperti tiga wanita asing di restoran, dan tadi mahasiswa aneh yang terus menatapku—ya meski belum jelas sih apakah orang yang menatapku itu termasuk yang harus diwaspadai atau tidak..."
Nakayan menundukkan mata ketika Kaula menatapnya sinis, seperti sedang merasa bersalah, namun tidak bisa dipastikan dengan benar bagi gadis itu mengenai apa yang berlangsung dalam benak pemuda itu.
"Tapi... tunggu dulu...," dengan tiba-tiba Kaula membulatkan mata baru menyadari sesuatu, sampai sebuah surat di tangannya jatuh ke tumpukan surat-surat lainnya. "Kenapa tiga orang itu tidak menyerangku saat waktu itu kau ada di restoran tempatku bekerja?"
Nakayan tidak lekas menjawab, nampak berusaha pula mengais jawaban yang lebih dekat dengan kebenaran. "Mungkin mereka sudah ditugaskan, tapi sebatas memantau, atau mungkin juga mereka sudah dirancang sebagai cara pertama untuk menyerang tuan putri sebagai majikanku—tentu bila mereka berhasil maka cara-cara lainnya nanti tidak perlu dilakukan. Namun mengenai akhirnya mereka datang waktu tuan putri di ruang komputer, karena tuan putri mencari kata kunci mengenai cybopire di internet. Itu sudah langsung terhubung ke satelit dan seketika itu pula mengaktifkan cyborg dalam otak cypopire lainnya terutama tiga wanita yang memantau tuan putri untuk segera datang menyerang tuan putri—karena seharusnya tidak ada yang tahu kata kunci itu mengenai diriku dan para cybopire lain."
"Apa artinya mereka sudah tau akulah yang mengakuimu?"