Cyborium

Gia Oro
Chapter #11

Layar-layar

Sinar-sinar halus putih kehijauan memancar dari tubuhnya dan sang majikan. Di tengah-tengah ruangan yang cukup menjadikan orang-orang di sana berkumpul melingkar, Nakayan berdiri tegak merentangkan kedua tangannya tanpa sedikit pun menyentuh sang tuan putri yang melayang-layang di atas sebuah ranjang. Orang-orang berseragam berdiri mengelilingi bak menyaksikan sebuah acara sulap, dengan sebuah layar tembus pandang membelakangi masing-masing mereka bagai tameng yang seolah-olah sesuatu berbahaya akan mengenai mereka.

Akan tetapi situasi yang sedang berlangsung adalah Nakayan sedang meneliti kondisi Kaula yang sudah ia pulihkan namun tiada kesadaran dari gadis itu. Orang-orang berseragam yang mengelilingi turut pula memantau melalui layar yang tampak bagai tameng namun sebenarnya adalah sejenis laptop, tulisan-tulisan dan beberapa simbol memang muncul pada layar tersebut. Kedua sudut bagian bawah layar itu terhubung kabel yang mengikat pergelangan kaki dan tangan bahkan ke kepala Kaula yang sudah dipasang helm khusus.

Secara perlahan sinar kehijauan memudar. Rambut Nakayan dan Kaula yang semula bergerak-gerak seperti di dalam air secara perlahan kembali jatuh oleh tarikan gravitasi bumi. Kondisi sang tuan putri yang tengah melayang lantas bergerak pelan sebelum menyentuh ranjang. Salah seorang dari balik layar tembus pandang menggeleng muram. "Kondisinya tidak jauh berbeda dengan orang-orang di sekolah tadi. Detak jantungnya bahkan melemah. Di bagian otaknya pun...," terurung ia melanjutkan saat sembarang mengalihkan pandangan pada Nakayan, Nakayan rupanya tertunduk melihat kakinya.

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak boleh putus asa! Zat yang kau kirim pada tubuh tuan putri akan dapat pengaruhnya! Tuan putri bahkan belum mati!"

Nakayan mendongakan wajah. Pandangannya begitu hampa. Ia kembali bangkit, lalu menggenggam satu tangan Kaula dan satu tangan lain menekan lembut puncak kepala tuan putrinya. Orang-orang sekeliling kembali menunggu.

Salah seorang melihat jam tangan. Sudah berbilang menit berlalu, tiada perubahan yang seharusnya mengalir ke layar-layar. Nakayan kembali memasang wajah tiada harapan, salah seorang pun mengeluhkannya karena Nakayan dianggap tidak dalam kondisi tenang dan fokus. Kalani di antara orang-orang yang mengelilingi, tidak mampu menahan tangis.

"Izinkan aku membantu!" Kalani menerobos melewati layar-layar yang seakan menjadi pembatas. Tangisnya tidak terbendung hingga menjadi isak. Dengan tubuh gemetar, ia membungkukkan tubuhnya demi memeluk Kaula yang dalam keadaan berbaring. Tergerak oleh Nakayan kembali mencoba memulihkan sang tuan putri dengan kembali menggenggam tangan tuan putrinya.

"Hei, dia belum mati...," bisik di antara orang-orang di balik layar-layar.

"Hei...," Seseorang lain membulatkan mata melihat ada gerakan dari jemari Kaula yang digenggam Nakayan. Layar-layar kembali menampilkan situasi Kaula yang berangkat menuju kesadaran. Wajah-wajah penuh lega pun memenuhi ruangan, kecuali Kalani yang belum menyadari. Sedangkan Nakayan menahan diri demi menanti sepasang mata itu terbuka.

"Nakayan...???"

Kalani melepaskan pelukannya, ia menatap syukur kawan baiknya dengan air mata haru.

"Kalani? Kenapa kamu sesenggukan?" Kaula melepaskan genggaman Nakayan, berusaha duduk dan mengedarkan pandangan sekitar yang baginya seperti ruang steril. Tidak ada apa-apa selain layar-layar tembus pandang yang penuh tulisan dan simbol-simbol, serta orang-orang berdiri di baliknya. Kembali lagi, ia memandang Kalani. "Kamu kenapa? Dan dimana ini?" Ia heran ketika pergelangan tangan dan kakinya dipasang semacam gelang yang terhubung dengan kabel.

"Kamu sendiri bagaimana? Apa yang kamu rasakan? Kamu baik-baik saja?" tanya Kalani setelah menghapus air mata. Beberapa rekannya menghampiri untuk melepaskan gelang-gelang di sepasang kaki dan tangan Kaula. Yang ditanya tidak menjawab, apalagi ketika sesuatu mirip helm di kepalanya turut dilepaskan.

"Tidak ada gejala yang buruk ya!" Salah seorang di balik layar mengatakan hal seputar kondisi Kaula dari layar. Ia dan rekan-rekannya yang berdiri di balik layar secara langsung lalu mencabut sambungan kabel dari kedua ujung layar. Setelah menekan salah satu tombol pada jam tangannya yang ternyata bukan jam tangan biasa, layar-layar tergulung dengan cepat dan seolah-olah tertarik bak magnet pada salah satu lengan dari seragam orang-orang berseragam di ruangan itu, menyatu menjadi pakaian pada bagian lengan. Sedangkan pakaian bagian lengan satunya akan didapatkan pada ceceran kabel, seperti ular melata namun berubah seperti hiasan berupa garis-garis saja begitu sudah menyatu pada lengan pakaian satunya itu tersebut.

"Tunggu!!! Nakayan, apa-apaan ini?! Kenapa ada kau...??? Eh... kenapa ada Kalani...??? Apa maksudnya ini?! Aku sudah menduga kau pasti orang jahat dan apa yang kau ceritakan semuanya itu bohong kan?!"

Lihat selengkapnya