Melalui jam tangan yang digunakan Kiara, komunikasi tengah berlangsung dengan seseorang lain. Sama seperti Nakayan, ia juga diberi fasilitas berinteraksi dengan hanya sesama pemilik jam tangan yang telah memerintahkan mereka. Tidak perlu melepaskan jam tangan sebagaimana Nakayan lakukan sewaktu membawa Kaula mengamankan diri dari kabut kala itu, cukup tetap di pergelangan tangan seolah-olah seperti jam yang memiliki fitur berkomunikasi pada umumnya ketika interaksi sesama rekan tengah berlangsung.
Kaula cukup takjub oleh pemaparan Kiara mengenai hal itu, setelah ia memandang heran Kiara yang menghampiri bersama si kemeja hitam yang rupanya adalah seseorang yang sempat berkomunikasi dengan Kiara saat Kaula akan mencari sekiranya ada yang ia tanyakan mengenai Kindi di kampus adiknya kini. Bernama Nino, dari awalan huruf namanya dapat diketahui darimana ia berasal. Sebuah benda mungil mirip Bluetooth earphone yang dipasang ke dalam telinga menjadi alat komunikasi antar bahasa, baik dari Kiara maupun Nino karena orang-orang yang memerintahkan mereka tidak menetapkan satu bahasa selain memang menggunakan Bluetooth earphone penerjemah.
Masih di dalam kantin namun sudah satu meja, Kaula mengangguk-angguk paham seraya berharap bising para pengunjung kantin tidak menangkap paparan Kiara. Kaula sendiri kadang meminta pengulangan dari Kiara karena ada hal-hal yang tidak mampu dijangkau pendengarannya oleh arus riuh sekitar yang begitu padat. Rasa cemas yang sempat mencengkeramnya mengenai Nino si kemeja hitam yang semula dikira cybopire jahat, secara perlahan telah memudar.
"Berarti... kau ada cerita tentang waktu kita dekat sungai sebelum kau perlihatkan kecanggihan jam itu ya?" tanya Kaula pada Nakayan saat senyap berlangsung.
"Ya. Untuk keperluan kita bersama, aku mengabarkan hal-hal yang penting termasuk mengenai momen itu," jawab Nakayan.
Kaula mengulum bibir seraya mengangguk-angguk, lalu memutar arah pandang pada Nino yang menundukkan pandangan muram. Rupa wajahnya tampak ada emosi yang berusaha disembunyikan, tetapi berubah menjadi bertanya-tanya, diikuti Kiara yang turut merasakan demikian.
"Apa kau baik-baik saja?" Kiara yang bertanya.
Nino mengangkat wajah pada Kiara, dan sepersekian detik memandang Nakayan. Kiara dan Kaula saling melempar pandang seperti saling melempar tanya berupa isyarat. Sedangkan Nakayan, hanya membisu ketika melihat kerja kimiawi di otak Nino seperti ada sejenis dorongan yang teringin diutarakan namun tetap memilih diam. Sesaat setelahnya, Nino berusaha sadar dengan posisinya yang sengaja datang jauh dari negerinya.
"Katakan pada tuan putri," kata Nino pada Kiara, yang hanya dimengerti Kiara karena sesama menggunakan Bluetooth earphone penerjemah.
Kiara mengangguk, ia lalu melontarkan pandangan yang tersirat seolah begitu dalam pada Kaula. "Kak, ada yang akan kami bicarakan dan ada yang akan kami lakukan pada kakak, tapi di sini tidak cocok karena terlalu ramai. Mungkin kita akan ke tempat lain..."