Cyborium

Gia Oro
Chapter #16

Rahasia Umum

Bangunan itu sudah beberapa bulan tidak dihuni setelah lembaga kursus yang menyewanya tidak berhasil manggaet para murid di sekitar. Jaraknya tidak jauh dari kampus tempat Kaula menjalani kuliah. Dengan insiden kawah misterius yang menelan rumah-rumah penduduk termasuk indekos dan sebagian kecil kampus, bangunan kosong yang masih terpajang nama lembaga kursus itu akhirnya disewa oleh pihak kampus. Beberapa arsip dan data-data yang dimiliki kampus untungnya tidak berada di lokasi bagian kampus yang ikut hilang termakan kawah, namun meski tidak ada korban jiwa di dalam kampus, korban jiwa ada di sekitar rumah-rumah penduduk tempat Kaula menyewa indekos. Setelah dari tanggal tertentu sampai tanggal tertentu pihak kampus lakukan aktivitas secara daring untuk mengantisipasi adanya kerubuhan dari bangunan terdekat kawah, kegiatan kampus kembali berlanjut termasuk di bangunan kosong yang juga bersamaan lakukan pemasangan identitas kampus.

Berangsur-angsur Kaula berusaha membiasakan diri bila hal mengejutkan yang diduga dari pihak musuh kelak tiba. Ia sudah seolah-olah bersikap masa bodo termasuk bilamana ada fenomena langit dua warna, setelah diberi tahu Kiara. Sementara dirinya, tetap bersama Nakayan untuk saling menjaga.

Keseharian berlangsung seperti biasa, sudah dipahami Kaula pasti antek-antek Jikeusve menyusun dan melakukan rencana lain pada Kinstjensa, tetapi berusaha tidak terlalu memikirkan karena salah satu bagian penting sudah dimilikinya yaitu Nakayan sebagai sang piaraan. Sesekali memandangi wujud rubik dua dimensi yang menutupi kulit di pergelangan tangan yang sempat dikoyak—masih penasaran baginya sama sekali tidak tampak mengeluarkan darah saat pengoyakan berlangsung. Dan lagi, ia benar-benar penasaran siapa yang telah memerintahkan Nakayan dan orang-orang seperti Karmila serta lainnya yang tersebar di seluruh dunia. Tidak benar-benar menjadi beban di dalam benaknya, sebab keseharian berlangsung tanpa ada ancaman dari antek-antek Jikeusve seolah keadaan sudah tenang dan baik-baik saja selama berminggu-minggu hingga jadwal ujian di kampus kian menjelang. Seperti biasa, ia akan bersikap wajar pada Nakayan dan orang-orang seperti Kiara dengan kawan-kawan. Namun tanpa disadarinyanya tengah dicurigai saat salah seorang sekelas mengajaknya bicara di bangunan bekas lembaga kursus.

"Kaula, kamu dekat ya dengan kak Kaoru?" Gadis yang termasuk pendiam di kelas itu bertanya, di saat dosen baru saja keluar kelas setelah durasi kuliah sudah habis.

"Dekat?" Kaula berusaha bersikap tidak mencurigakan oleh pertanyaan itu.

"Iya, aku lihat waktu kejadian kawah yang bikin bagian gedung kampus ikut hilang, ada kamu yang juga lihat, kak Kaoru di dekat kamu memeluk kamu..."

Kaula menelan air ludah seraya menyelipkan rambutnya ke balik telinga. Wajah Kendila si penanya seperti benar-benar ingin memastikan—meski gadis itu memasang wajah polos. Momen indekos yang dilahap kawah misterius telah membuat Kaula lemas begitu keluar dari mobil ojol, dan Nakayan menahan tubuhnya supaya tidak berdebam begitu saja ke jalanan. Tidak benar-benar pingsan karena Nakayan menjadikan diri sebagai sandaran, namun Kaula tidak mungkin ceritakan hal yang sebenarnya kecuali ia akhirnya lakukan rencana yang sudah lama ia siapkan.

"Indekos aku kan di sana—tempat kawah itu terbentuk. Jadi aku lemas dan hampir pingsan. Eh Kaoru...," Kaula agak ragu melanjutkan, ia memandang Kendila, "dia tangkap aku supaya tidak benar-benar jatuh pingsan..."

"Oh...??? Jadi indekos kamu hilang dong???" Wajah Kendila terkejut, terdiam sebentar setelah Kaula mengangguk sebagai jawaban. "Trus sekarang kamu tinggal dimana dong? Kamu dari daerah banget kah sampai sewa indekos...???"

Kaula menahan tawa, karena baru kali ini ada yang ingin tahu tentang dirinya dari sejak kuliah semua berlangsung tampak begitu formalitas. "Aku memang sengaja tinggal di indekos karena lebih dekat dibanding dari rumah. Masih di ibukota kok rumahku. Di sana ada ayah dan ibu serta adik-adikku."

"Oh... berarti sekarang kamu tinggal di rumah lagi dong...???"

Kaula hanya melengkungkan bibir seraya berpikir akan menjawab, namun Kendila tampaknya tidak menanti jawabannya karena kembali pada topik awal.

Lihat selengkapnya