Cyborium

Gia Oro
Chapter #17

Kimiawi Emosi

Sungguh merupakan suatu hiburan setelah dari sejak kuliah disibukkan oleh tugas dan kerja paruh waktu, belum lagi momen-momen menegangkan yang beberapanya melibatkan fenomena alam. Pelepas penat pula ketika ujian tengah semester telah dilewati. Ibukota yang dihimpit laut di sebelah kiri apabila dilihat pada peta, sedangkan di sebelah kanan adalah wilayah perfektur yang berbeda, di sana mereka menikmati sebuah vila yang sudah tertera di undangan online. Tidak hanya seluruh mahasiswa-mahasiswi, hanya dikenal saja, serta tidak seluruh staf kampus selain yang akrab saja, tetapi diizinkan bagi yang diundang untuk mengajak seorang lain. Citra vila yang selama ini digambarkan penuh hantu seperti di film-film berusaha ditepisnya. Setelah liburan kelulusan SMP, liburan saat ini adalah kedua kalinya menjejaki kaki ke vila. Terdapat banyak kamar di gedung vila kini yang tersediakan kolam renang di tengah-tengah bangunan yang membentuk huruf U, dengan lantai atas ditempati oleh para perempuan.

Pagi setelah semalam tiba dan beristirahat dari perjalanan, para tamu undangan diminta menghadiri ruang tengah bangunan. Kasandra mengucapkan beberapa kata yang diawali terima kasih dan beberapa kalimat yang begitu sopan dan formal, sebelum kemudian mempersilakan sosok lelaki kebapakan menyampaikan hal yang hampir sama dengan yang disampaikan Kasandra. Dia seorang ayahanda Kasandra, dari bisik-bisik yang Kaula dengar bahwa Kasandra memang putri semata wayang dari seorang pebisnis dengan usaha yang menggurita di beberapa daerah. Maka sangat wajar perayaan ulang tahun Kasandra dilakukan cukup besar. Mengetahui hal itu, Kaula teringat di masa kecil yang berandai-andai menjadi anak tunggal karena melihat sepupu yang memang sangat bisa disebut mampu secara ekonomi karena orangtuanya pasti tidak perlu memikirkan banyaknya biaya untuk anak yang tidak lebih dari satu saja. Akan tetapi setelah mengatakan itu pada ibu, ibunya justru bilang bahwa memang keadaan ekonomi tidak sebaik orang tua si sepupu. Meski demikian, hal itu mendorongnya untuk nekad keluar dari rumah begitu lulus SMA demi mengurangi beban ayah ibu dengan menyewa indekos.

Kaula kembali memusatkan diri memperhatikan Kasandra dan sang ayah, meski benaknya tidak benar-benar tenggelam pada sepupu si anak tunggal. Ruangan dipenuhi sorak sorai manakala urutan acara dimulai—ternyata perayaan ulang tahun bukan sekadar berdoa dan memberi hadiah semata. Para perempuan di lantai dua lalu satu per satu turun, menyusul para lelaki yang lebih dulu keluar ruangan menuju tempat dengan rerumputan untuk memulai perlombaan yang menjadi salah satu acara. Kaula hanya mengangkat sebelah ujung bibir karena tidak yakin akan ikut memeriahkan acara dengan menjadi peserta lomba. Ia hanya menjadi salah satu di antara para penonton, namun tidak pula menjadi pendukung peserta mana pun.

Berbagai macam lomba berlangsung hingga sore setelah sempat diselenggarakan makan siang. Antusias orang-orang yang tidak menjadi peserta lomba tetap tidak surut meski langit mulai dipenuhi warna jingga yang samar. Kaula kembali mulai mengkhawatirkan akan adanya langit dua warna, bertaut pikirannya itu pada Nakayan yang sejak tadi tidak ia gubris bila pandangan sempat bertemu. Terlihat olehnya bangku yang kosong yang jauh dari keramaian, kakinya melangkah ke sana untuk duduk. Tak dinyana sosok yang sempat muncul dalam benak tampak akan duduk di sana pula.

Nakayan menyematkan lengkungan kecilnya seolah begitu segan pada sang tuan putri. Ia membawa makanan kecil di tangannya, dan itulah yang menjadi pandangan Kaula. "Tuan putri mau?"

"Kau yakin tidak ada yang dengar kau—menyebutku dengan begitu?"

"Ehm, maaf. Karena memang semua sibuk dengan masing-masing..."

"Sudah, selama ada orang yang tidak tahu hubungan kita yang sebenarnya, jangan panggil aku 'tuan putri'!" Kaula mendengus, ia duduk lebih dulu di bangku yang diincarnya. Nakayan lalu duduk di sebelah seraya mengangsurkan makanan ringan miliknya.

"Aku tidak menemukan makanan ini. Ada-ada saja kau dapat ini."

"Ada yang kasih aku. Biasa, mahasiswi yang suka aku..."

"Kenapa kau yakin sekali?"

"Aku bisa melihat kerja kimiawi otak termasuk mengenai kerja yang memroses sebuah atau beberapa emosi dan perasaan."

Lihat selengkapnya