Dedaunan tempatnya berdiri sempat menjadi sorot pandangan pemuda itu. Terlihat memang seperti seorang pemuda, tetapi ia memilih tidak berbaur dari sejak is diikutsertakan oleh salah seorang di antara para tamu undangan ulang tahun. Gulita yang memayungi malam tampak tidak menyurutkan para tamu undangan untuk semakin menikmati, tetapi tampak tidak berlaku pada sosok yang sudah lama diamati. Tatapan sosok yang diamati begitu muram, urung baginya akan menjalankan tugas.
"Nakayan, sebaiknya kau periksa tuan putri. Aku tidak bisa bertindak kalau kondisinya tidak sedang netral," pemuda itu berkata seolah-olah memang ada Nakayan di dekat atau di depan matanya.
Tanpa diketahui siapa pun, Nakayan ternyata menerima suara dari pemuda itu melalui stiker berlogo rubik di belakang telinganya. Ia mengangguk samar, akan keluar di antara kerumunan untuk menemukan majikannya. Suatu hal mengejutkan menarik perhatiannya dan lainnya, suara jeritan yang terdengar nyaring setelah suara adanya benda atau mungkin manusia yang masuk ke kolam renang vila. Nakayan berpikir akan mengabaikan, namun suara selanjutnya adalah jeritan minta tolong. Tatkala terlihat olehnya apa yang sedang terjadi, namanya kemudian disebut-sebut dimintai agar dirinya yang menolong sang wanita.
"Kaoru! Tolooong!!!"
Orang-orang yang menyaksikan seperti tahu wanita itu hanya sedang bermain-main, tidak benar-benar tenggelam, sebab di antara banyak orang hanya Nakayan yang dimintai tolong. Di antar rupa-rupa dari wajah mereka menampilkan senyum merendahkan dan menertawakan. Nakayan yang sudah sangat paham apa yang berlangsung pada kimiawi kerja emosi dan perasaan si wanita pun lantas benar-benar akan mengabaikan. Tetapi ketika ia membalikkan badan, tuan putrinya sudah berada di dekatnya dengan pandangan terarah pada si wanita. Kekosongan terlihat memenuhi raut wajah sang majikan, namun tiba-tiba menceburkan diri seperti akan menolong si wanita. Perhatian orang-orang yang mulanya tidak peduli pun tersorot padanya.
Nakayan menelan air ludah, majikannya memang sedang berusaha menolong namun rupanya kepayahan juga dalam berenang dibanding si wanita yang hanya pura-pura tidak bisa berenang. Kendati tetap diam di tempat, dikendalikannya gerak tuan putrinya melalui kuasa dari matanya yang bisa melakukan beberapa hal tanpa menyentuh sebagaimana saat bertarung dengan sesama cybopire yang saling menghempas hanya dengan pandangan mata. Kaula sang tuan putri ia buat pandai berenang seraya membantu si wanita ke tepi kolam renang.
Si wanita, yang tidak lain adalah Konita, mahasiswi yang pernah menggandeng Nakayan ke kantin. Dengan basah kuyup dan mata mendelik tajam pada Kaula, ia naik sendiri untuk keluar dari kolam renang. Sedangkan Kaula, terlihat sangat kepayahan. Nakayan membantu majikannya untuk naik. Senyap berlangsung menjadikan Kaula dan Konita sebagai sorot perhatian. Ketika kedua wanita itu sudah berdiri secara bersamaan, Konita mendorong Kaula dengan wajah yang menampakkan kekesalan. Beberapa di antara yang menyaksikan berseru kaget, namun juga seperti ada yang terdengar takjub, dan makin jelas apa yang ditakjubkan setelah salah satunya menganggap apa yang sedang disaksikan seperti di film atau drama.
"Tontonan gratiiis!!!"
"Gila kau! Kau pikir mereka sedang acting?!"
Nakayan bisa melihat ketidaknyamanan dari kinerja kimiawi tuan putrinya, ia pun menemani tuan putrinya ke luar kerumunan. Tubuh sang majikan tiba-tiba menggigil, tergerak oleh Nakayan akan melepaskan jaketnya. Namun Kaula menolaknya sambil kedua tangannya memeluk tubuhnya yang basah kuyup. Gadis itu bahkan memberi bentang pada piaraannya, sebelum kemudian mengangkat pandangan. Seperti akan mengatakan suatu atau beberapa hal, namun hanya bungkam dan kembali menunduk. Ada keraguan yang terlihat oleh sang piaraan, namun sang majikan benar-benar membalikkan badan akan melenggang pergi.
"Sesuatu pasti telah terjadi padamu!" Nakayan berkata, berhasil membuat tuan putrinya urung melangkah. "Aku mohon, katakan sesuatu. Aku tidak bisa membaca apa yang sebelumnya terjadi padamu."