Aroma daun di pagi hari menelusuk ke dalam rongga indera penghidu. Suara air yang menenangkan turut mengisi indera pendengaran. Keningnya berkerinyit diiringi gerak dari kelopak mata yang menutup pandangan. Samar-samar penglihatan mulai dijangkau setelah kelopak matanya dibuka secara perlahan. Kaula berusaha meraih kesadaran, menoleh ke sekitar terasa begitu sempit. Ia tersadar disertai heran, lekas bangun duduk mencari pintu keluar. Begitu menyentuh 'pintu', termenung sebentar setelah menyadari dirinya berada di dalam sebuah tenda kemah. Dan seperti apa yang didengar dan dihidunya, disibakkannya penutup tenda hingga tampak sungai dengan sekitaran hijau pagi hari yang begitu menyejukkan mata.
Kaula menelengkan kepala, berusaha mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi. Namun semakin diingat, justru semakin tidak ditemukannya memori apa pun perihal kejadian sebelumnya. Dengan agak ragu dan takut-takut, ia keluar dari tenda. Sebuah tenda lain ternyata sedang berdiri kokoh di sebelahnya. Seketika itu pula, ingat olehnya dicekik oleh cybopire lain, menjadikannya refleks bergerak bersembunyi saat mendengar suara langkah mendekat. Dadanya berdegup kencang saat mulai mengintip siapa yang datang. Kencangnya degup itu mereda setelah didapatinya sosok Kalani yang sedang menumpuk potongan kayu bakar.
"Kalani...???"
Gadis berambut panjang itu mengikuti suara yang memanggilnya. "Kaula?!" Ia begitu riang dan segera menghampiri Kaula yang justru mundur waspada. Rupa riang itu pun berkurang, bergeser menjadi bingung.
"Kamu Kalani...???"
"I... iya..., aku Kalani..."
Kaula yang semula duduk karena posisinya bersembunyi tadi duduk mengikuti tinggi tenda, lantas berdiri memandang lurus Kalani. Tatapannya masih ragu-ragu. "Kenapa kamu di sini? Dan... kenapa aku..."
Kalani membiarkan Kaula yang terlihat berusaha mengingat-ingat.
"Tunggu... tadi aku dicekik cybopire lain! Leherku berdarah... Kaoru... Nakayan... ia melingkarkan jemarinya ke lehernya, sudah pasti dia ingin memulihkan kondisiku! Tapi aku tidak benar-benar hilang kesadaran waktu itu!!!"
"Apa kamu ingat ketika Nakayan membawa kamu dan dosen si majikan cybopire???"
"Ho...???" Kaula kembali menjangku ingatannya. "Iya... bagian itu aku tidak ingat... mungkin aku sudah pingsan...???"
Kalani mengangguk-angguk menyematkan senyum kecilnya.
"Tapi tetap aja, kenapa kamu di sini?! Trus leherku...???"
"Nakayan membawamu ke kak Karmila dan Nino. Kondisimu tidak dalam kondisi serius. Nakayan berhasil membuatmu benar-benar pulih. Setelah kak Karmila dan Nino memeriksamu, Nakayan memintaku supaya menemani kamu di sini."
"Di sini??? Untuk apa...???"
"Karena kamu belum sadar," Kalani diam sejenak. "Dia... Nakayan benar-benar mengkhawatirkanmu. Maka dia butuh bantuanku, ya setidaknya untuk menemani."
"Anak itu...," Kaula mendesis, tersirat keluhannya mengenai Nakayan yang sampai meminta bantuan Kalani.
"Karena kamu sudah sadar, apa kamu lapar? Kita makan bareng dulu yuk!"
"Tidak..."
Kalani mengerinyitkan kening tidak paham. "'Tidak'...?"
"Tunggu, kamu pasti ada urusan atau agenda kan? Aku tidak mau merepotkanmu..."
Senyum arif Kalani terulas. "Kalau aku merasa repot, aku akan bilang kok."