Cyborium

Gia Oro
Chapter #22

Perasaan Menghangat

Prefektur Kumara berada di sebelah barat negeri Kinstjensa, di sana Nino berada. Suatu hal yang terjadi di sana rupanya adalah salah satu tujuannya selain memang kedatangannya jauh dari negeri Nugafiz untuk memeriksa kondisi Kaula melalui bakteri buatan. Akan tetapi saat hampir melalui hologramnya akan melakukan tindakan bersama Nakayan, hal mendesak membuat hologram itu lenyap dari pandangan. Keganjilan yang dirasakan Kaula terjawab sudah mengenai mengapa harus Nino datang jauh-jauh dari negara nan jauh melewati laut lepas, belum lagi setelah Nakayan memulihkannya dan kemudian ditangani hanya berdua oleh Karmila dan Nino, tidak seperti sehabis ditelan gelembung, Jaringan Nukleolus berkumpul demi meraih kesadarannya. Rupanya di prefektur Kumara telah terjadi hal yang segera diusut. Vampire-vampire di sana—bukan cybopire—bertindak seperti film fantasi, yaitu menggigit manusia, yang kemudian akan menjadi vampire pula. Beberapa anggota klan rubik telah menjadi korban, dan harus segera diberikan penanganan.

Kalani dengan wajah panik yang diusahakannya tetap tenang lantas mengemas segala yang dibawanya, ia menyiapkan diri akan hadiri rapat dengan Karmila dan lainnya, kemudian dilangsungkan melalui video secara daring di seluruh negeri Kinstjensa. Kaula sendiri diminta untuk tidak memikirkan apa yang berlangsung di prefektur Kumara, selain hanya kembali fokus pada kegiatan harian. Namun telah bergulir hari dalam jalani kuliah, tiap melihat ruang Kim akan mengakhiri hidupnya, betapa tidak Kaula selalu terpikir, sebab dosen yang menjadi majikan Kim ternyata telah meninggal dalam perjalanan Nakayan membawanya usai pertarungan. Sedangkan Kim, menjadi buronan klan rubik—yang tentu tidak akan masuk kuliah entah sampai kapan. Begitu Nakayan memaparkan setelah Kalani berangkat hadiri rapat daring.

"Kaula!!!" Suara dari Kasandra, Kaula pun menoleh. Wajah itu begitu ramah dari sejak gosip Nakayan dan Kaula berhembus di seantero kampus. "Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, apanya?" Kaula bertanya polos.

"Kamu tidak tahu? Ada yang sebar fitnah kalau kamu pelakor...!!!"

"Apa itu..???"

Kasandra nampak berusaha menekan gemas sekaligus kesalnya. "Kamu tidak tau istilah itu? Itu kan tersebar di internet..."

"Aku jadi pembicaraan di internet???" Kaula mulai memasang wajah serius.

"Bukan, bukan itu...," Kasandra bertingkah seperti akan menangis, makin buat Kaula tidak paham. "Kaula, pelakor itu singkatan perebut laki orang..."

"Aku...??? Bagaimana cara aku rebut laki orang? Kenapa aku tidak tahu???"

Kasandra tertunduk seketika selama sepersekian detik. Ia lalu menyeret Kaula ke kelas bersama, duduk berhadapan. "Jadi begini... kamu dituduh sebagai pelakor... perebut laki orang... laki di sini adalah Kaoru. Begitu gosip yang tersebar di kampus! Padahal kalian kan memang pacaran kan?"

Kaula terdiam sebentar, berusaha mencerna. "I... iya sih..."

"Apa kamu pacaran dengan Kaoru di saat Kaoru sedang pacaran dengan perempuan lain?"

"Ha...??? Buaya darat gitu maksudnya...???"

"Oh, kamu tau istilah itu...? Oh bagus dah, kukira kamu polos kebangetan!"

"Tapi kalau aku merebut laki orang, orang ini siapa? Soalnya Kaoru tidak sedang pacaran dengan perempuan lain...???"

"Ternyata selain kamu polos, kamu juga telat mikir...," Kasandra mengusap wajah. "Pokoknya kamu dan Kaoru sama-sama dalam keadaan sendiri, tidak sedang mengikat hubungan dengan orang lain saat mulai pacaran, kan? Aku percaya loh kamu bukan seperti yang digosipkan orang-orang..."

"Siapa yang buat gosip itu...???"

"Sudah pasti adalah orang yang cemburu dengan hubungan kalian! Pelakunya pasti perempuan! Dan aku sudah punya keyakinan siapa orangnya!"

Kaula hanya diam, tidak tertarik ingin tahu.

Lihat selengkapnya