"Apa bakteri buatan dalam tubuh tuan putri tidak mengganggunya????" Suara nada rendah terdengar dari stiker di balik salah satu telinga Nakayan.
Bibir masih mengatup, Nakayan terdiam sejenak dengan kejapan mata yang lemah. Seorang diri di ruang akademik, dengan sebuah Bluetooth headset untuk berjaga-jaga bila ada rekan kerja yang tiba-tiba masuk melihatnya bicara seorang diri—padahal bicara pada seseorang melalui stiker di belakang salah satu telinganya. "Aku tidak tahu, aku sangat berharap bisa melihat gerakan ganjil dalam tubuhnya..."
Tidak ada tanggapan dari seberang. Sepersekian detik pula senyap berlangsung. Mereka jelas sangat menyayangkan, sebab Nakayan sebagai cybopire memiliki kemampuan untuk melihat bakteri buatan yang ditanamkan ke aliran darah Kaula. Sudah dalam bilangan hari berlalu, Nino menghubungi Nakayan. Tidak ada topik mengenai kondisi prefektur Kumara, selain hanya menanyakan kabar tuan putri mereka secara langsung.
"Apa kau yakin tuan putri akan baik-baik saja?" Nino masih ragu oleh jawaban Nakayan yang sebelumnya sempat ditanyakannya—sebelum tersebutkan perihal bakteri buatan.
"Sejauh ini, aku melihat dia normal. Wajar. Gangguan dari cp-J pun tidak ada." Cp-J, singkatan dari Cybopire Jikeusve, sudah disepakati sebagai kode rahasia untuk antisipasi bila orang dengar.
"Tentu saja, mereka pasti sedang 'gencatan senjata'. Membiarkan kondisi seolah-olah sedang aman, padahal mereka sedang mencari strategi lain. Kita tidak boleh lengah! Apalagi tuan besar mengamanahi kita sosok seorang gadis. Sangat rawan, perempuan sangat mudah untuk dihancurkan."
"Aku tentu akan selalu menjaga ketat. Aku berusaha cari kesempatan memasok energi dengan berfotosintesis demi berjaga-jaga terhadap situasi tidak terduga di waktu mendatang nantinya."
Napas mengandung kesah justru terdengar dari Nino, seperti tetap ada yang tidak memuaskan baginya. "Tapi kau sungguh-sungguh melihatnya dalam keadaan baik-baik saja? Ya meski memang bakteri buatan itu dibuat bukan sebagai bakteri merusak... tapi tetap saja..."
Nakayan memejamkan mata seraya mendengarkan napasnya sendiri. Tidak ada yang ia pikirkan selain kondisi Kaula sang majikan, bila Nino di seberang sana terdengar sangat takut dengan kondisi dari amanah tuan besar. Yang berbeda dengannya tidak terlintas mengenai bakteri buatan, sebab bukan kapasitasnya sebagai cybopire, kecuali Nino yang rajin mengingatkannya.
"Nakayan, pastikan kau tidak lengah menjaga tuan putri! Kita di sini saling membutuhkan!" Nino berseru, sesaat kemudian bunyi digital didengar dari stiker belakang salah satu telinga Nakayan berupa "sambungan selesai".
Menelan air ludah, Nakayan memandang bulu halus di kulitnya. Tidak hanya dari apa yang sedang dipandang, terutama sekali diharapkannya rambut di kepala yang paling mudah terkena cahaya matahari demi dilakukannya fotosintesis. Selain dijadikan sebagai cybopire, kemampuan fotosintesis juga dimilikinya sudah seperti tumbuhan. Energi yang didapatkannya dari sinar matahari kemudian diolah dalam tubuhnya untuk kebutuhan tertentu. Selain ingatannya hanya samar mengenai dirinya sebelum menjadi cybopire, tidak pula tebersit dalam benaknya memikirkan sampai sebegininya dijadikan 'bahan' oleh para ilmuwan. Memang lebih sering dirinya untuk selalu patuh pada majikannya. Sayangnya, 'tidak pandai' pula ia memperkirakan kemungkinan mendatang entah baik atau buruk meski atas apa yang terjadi pada Kaula kelak.
Tatkala kembali melanjutkan tugasnya sebagai staf, ketukan dari pintu ruangan mengalihkan perhatiannya.