Dia tidak benar-benar baik-baik saja. Peluru itu mengenai tulang tengkorak hingga menggetarkan otak dan bagian cybopire di sekitarnya. Di ruangan yang disediakan Kiara dan sang Mama, Nakayan beristirahat setelah sebelumnya sempat Nino memintanya menggunakan energi fotosintesis untuk pemulihan mandiri. Tatkala Nakayan mulai memejamkan mata saat merebahkan diri, rambut hitamnya mulai kemerahan muda. Kiara yang menerangkan pada Kaula mengenai kemampuan Nakayan sebagai cybopire yang mampu berfotosintesis, yang bila energi dari fotosintesis dibutuhkan akan mempengaruhi warna rambut.
"Sekarang biarkan dia sendiri," Karmila berkata, ia sudah datang lebih dulu di rumah Kiara setelah Nino memintanya memastikan kondisi Nakayan. Bukan bagian dari tugasnya, namun Nino bermaksud bicara pada Nakayan melalui layar gulung milik Karmila. Tidak sendiri, Karmila datang bersama sesama rekan Jaringan Nukleolus yang dari masa SMA.
"Kita bicara lebih lanjut di luar mengenai kemungkinan penyebab peluru nyasar terjadi," Kahfi sang rekan beda jurusan saat SMA dengan Karmila, berujar setelah peluru nyasar dimasukkannya ke dalam kemasan bening seukuran telapak tangan.
Kaula hendak melepaskan genggaman tangannya terhadap Nakayan, namun rupanya Nakayan justru menguatkan genggaman. Mata yang tampak terpejam, terbuka memandang langit-langit kamar.
"Aku masih harus melindungi tuan putri...," lirih suaranya terdengar, orang-orang di kamar lalu dipandanginya secara bergantian.
"Nakayan, tuan putri baik-baik saja," Karmila meyakinkan Nakayan. Kaula yang mendengar tak pelak heran, karena ia disebut 'tuan putri' juga sebagaimana Nino—meski mereka bukan cybopire piaraannya.
Nakayan diam sejenak seraya menautkan tatapan pada Karmila. "Seekor nyamuk menyentuh wajah tuan putri. Aku bisa melihat itu bagian dari serangan. Aku bisa mengenali itu. Dan dalam perjalanan kemari, aku sudah melihat gerakan asing itu yang berasal dari nyamuk itu. Maka aku harus menjaga tuan putri sebelum hal yang tidak diinginkan kelak terjadi."
Senyap menyeruak. Jaringan Nukleolus di ruangan itu saling melempar pandang. Mereka sudah paham dengan berbagai upaya dari negeri Jikeusve demi menguasai bumi sebagai milik satu negara, termasuk dengan melemahkan imunitas tubuh melalui serangga tertentu yang sudah dijadikan sebagai senjata biologi.
"Kau yang punya kemampuan melihat zat asing berbahaya itu, kau yang bisa mencegah hal buruk pada tuan putri terjadi. Tapi apa tidak mengapa dengan kondisimu saat ini sedang pemulihan diri?" Kahfi telah memecahkan senyap dengan suara tenangnya.
"Aku bisa lakukan, karena aku sedang gunakan energi fotosintesis."
"Baiklah, kalau begitu kami akan keluar," tukas Kahfi, kemudian mengalihkan pandangan pada Kaula, "tuan putri, jangan menunggu waktu memanggil kami bila Nakayan atau kalian mulai butuh bantuan."
Kaula mengangguk dengan wajah polosnya. Baru teringat pula, rasanya Kalani juga pernah menyebutnya 'tuan putri', maka Kahfi adalah orang keempat sebagai manusia biasa yang menyebutnya demikian. Ia bermaksud akan menanyakan hal itu setelah orang-orang Jaringan Nukleolus keluar, namun ia tidak tega melihat kondisi Nakayan yang kembali memejamkan mata.
Hening benar-benar menggerayangi. Kaula agak melamun memandang genggaman dari Nakayan. Dan sekali lagi, meski tidak memiliki kemampuan lebih seperti Nakayan, ia menggenggam kembali tangan Nakayan yang menggenggamnya. Sesaat melihat kondisi sang piaraan yang masih dalam keadaan berdarah di bagian leher oleh insiden tadi sampai mengenai pakaian, bahkan kini sudah mengenai kain sprei. Tampak darah itu mulai mengering, gadis itu turut memejamkan mata dengan tanpa memikirkan apa pun.