Dalam menjalani tugas sebagai anggota Jaringan Nukleolus di bagian persenjataan, sepertinya baru kali ini ia tidak tahu jenis peluru yang sempat menyasar kepala Nakayan. Layar gulung yang digunakan dalam pemeriksaan selama di luar tatkala Nakayan dan Kaula tengah memulihkan diri, tidak menampilkan keterangan apa pun. Meski begitu, beberapa spekulasi mengenai insiden peluru nyasar dikemukakannya.
"Bisa saja memang salah sasaran, tapi peluru ini tidak diketahui jenisnya. Namun bila memang pihak musuh mengincar tuan putri Kaula, seharusnya akan ada tembakan kedua."
Tidak ada tanggapan selain dari wajah masing-masing orang yang kembali berkumpul di kamar itu sudah dapat dipastikan tengah ada pergumulan hal yang sama dalam benak. Lengang pun memayungi di antara mereka yang tengah menerka-nerka.
"Tapi, apa benar kau baik-baik saja, Nakayan?" Pertanyaan ini terdengar terlalu sering didengar Kaula dari sang piaraan, namun kali ini Kahfi si ahli senjata yang bertanya.
Sosok yang ditanya justru melemparkan pandangan pada sang tuan putri, dan oleh hal itu diikuti lainnya memandang Kaula.
"Kenapa aku?" Kaula benar-benar tidak paham.
Terdengar salam dari suara keibuan, tidak lain suara Mamanya Kiara. Kahfi mengembuskan napas ringan tampak merasa perkara saat ini akan diakhiri semantara. Dua anggota Jaringan Nukleolus yakni Kahfi dan Karmila lantas keluar kamar.
Suara saling tegur sapa dan bercakap-cakap ringan dapat didengar Kaula dan Nakayan meski pintu sudah ditutup. Menanti Kiara masuk, Kaula duduk di tempat ia tadi sempat bergenggaman dengan Nakayan. Terlihat Nakayan menundukkan wajah seraya memandangi telapak tangan Kaula yang menjuntai ke bawah.
"Ada apa?" Kaula bertanya dengan masih belum paham kemana arah pandang Nakayan tertuju.
"Tuan putri, maafkan aku tadi bilang aku baik-baik saja saat dalam perjalanan...," Nakayan memberanikan diri memandang majikannya.
Kaula menghela napas tanpa menanggapi dengan sepatah kata pun demi memandang Nakayan—yang berbicara dengan nada suara menggantung.
"Aku tidak bermaksud berbohong..."
"Apa kamu baru menyadari saat sampai sini bahwa memang ada yang aneh kau rasakan setelah ditembak?"
"Tepatnya saat energi fotosintesis kugunakan, aku baru sadar aku membutuhkannya..."
"Mungkin karena kamu terlalu ingin melindungiku tanpa memikirkan dirimu sendiri...???"
"Itu bukan alasan bagiku."