Cyborium

Gia Oro
Chapter #27

Mencengkeram

Kegiatan fotosintesis yang dilakukan tiap bangun pagi mulai diketahui sang tuan putri. Beberapa kali keluar kamar menuju jendela demi dapatkan cahaya matahari, tuan putrinya mulai mengikutinya setiap hari demi mengamati. Kerja kimiawi yang bekerja di otak tuan putri sudah sangat sesuai dengan air muka yang dipenuhi rasa terpesona dan terpana. Memang sebelumnya tiap pagi sebelum keluar dari kepompong, bagian yang menutupi kepala sengaja dibuka agar rambut terpapar cahaya matahari. Sesekali majikannya itu bertanya mengenai apa-apa saja mengenai fotosintesis yang dilakukan, termasuk mengenai warna merah muda pada rambut yang pernah dilihat. Semakin takjub setelah diketahui bahwa tidak hanya warna merah muda saja yang akan memudarkan warna hitam rambut, disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

Meja makan di ruang tengah menjadi tempat berkumpul setelahnya, dengan Mama Kiara yang terkesan lebih melayani dibandingkan sebelumnya yang tidak tahu mengenai Kaula selain hanya disebut sebagai teman saja oleh Kiara. Tidak ada beban ketika membicarakan klan rubik dan beberapa kejadian yang sempat terjadi namun tidak menjadi topik serius oleh media bahkan pemerintah, seperti gedung-gedung yang hilang menjadi kawah. Berita yang lebih menjadi simpang siur seputar kriminal yang sering dilakukan rakyat kecil, yang menjadi topik dalam media. Namun tidak seperti orang tua yang kerap mengeluhkan keadaan negeri yang semakin jauh dari menyejahterakan rakyat, Mama Kiara hanya mengulas senyum miris, sudah paham siapa dalang di baliknya termasuk mengenai orang-orang dengan niat gelap yang menggerakkan dunia.

"Memangnya orang-orang sekitar tidak bisa melihat kawah itu ya?" Kaula bertanya setelah pamit ke kampus. "Ini sudah berjalan dalam hitungan bulan loh tapi tidak ada yang mengangkat kasus-kasus itu!"

"Mereka di sekitar kawah pasti tau, tapi mereka pasti terlalu disibukkan oleh kegiatan harian, belum lagi adanya zat tak kasat mata di sekitar kita yang memang sengaja dibuat untuk mengecoh. Berbeda dengan kita yang menggunakan plester penangkal halusinasi di kulit."

Kaula mendengus oleh jawaban yang mulai terdengar klise. Ia hanya mengikuti Nakayan yang lebih dulu menaiki kuda besi dari rubik, duduk di belakang sebagai boncengan seperti biasa dari sejak tinggal di rumah Kiara. Saat membelah jalanan menuju kampus, Kaula memandangi leher Nakayan yang beberapa hari lalu berdarah. Kahfi yang mengelap darah mengering itu setelah gadis itu kabari kondisi Nakayan usai jalani pemulihan mandiri dengan awan merah muda. Dari sejak hari itu hingga kini belum ada pembicaraan mengenai kemungkinan sang piaraan alami keganjilan setelah menjadi korban peluru nyasar, padahal Kahfi menanti jawaban pasti.

Sapaan dari beberapa orang sekelas menyapa begitu sampai di kampus, Kaula berpisah dengan Nakayan yang bertugas sebagai staf. Belum masuk kelas, para perempuan sudah membicarakan pelaku penyebar tuduhan pelakor terhadap Kaula, namun hal itu tidak menjadi hal serius bagi si korban tuduhan sendiri. Satu nama sebenarnya sudah diduga, namun sekali lagi, tidak begitu menjadi perhatian dirinya. Banyak yang memujinya telah berbesar hati, saat itulah ada dorongan ingin ungkapkan hal yang lebih mengerikan dibandingkan tuduhan tersebut. Tetapi tentu saja, ia berusaha menahan diri agar tidak menjadi penyebar kabar buruk tanpa bukti.

Jam kuliah berlangsung. Saat sedang lengang karena para mahasiswa dan mahasiswi sibuk mengerjakan tugas, sang dosen justru membicarakan seorang mahasiswa dan seorang dosen yang hilang. Kaula berusaha mengendalikan ekspresi tatkala ruangan yang sempat menjadi tempat ia dicekik Kim, menjadi hal yang dibicarakan. Ruang kelas yang kini disebut berhantu, sebelum Kim dan dosen bernama Kisam hilang. Lengang suasana kelas menjadi pecah oleh riuh topik horor, namun dosen di tempat rupanya pandai membuat kelas menjadi hening setelah tugas ditanyakan apakah sudah selesai atau belum. Satu per satu mulai menyerahkan tugas ke meja dosen.

"Kaula, mau pacaran atau makan bareng kita?" Salah seorang menghampiri ketika jam istirahat berlangsung.

"Kaula pasti mau makan bareng Kaoru lah!" Kasandra ikut sembarangan nimbrung, dan tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Kaula. "Mau aku anterin? Kamu cemburu kah kalau aku hanya ingin lihat pacarmu saja?"

"Pertanyaan apa itu!" Seseorang yang lebih dulu menghampiri Kaula lantas menoyor kepala Kasandra, kemudian menarik lengan Kasandra untuk keluar. Orang-orang yang masih tersisa di kelas hanya menggeleng-geleng.

Sementara itu, Kaula menahan senyum menganggapnya sebagai lelucon. Ia turut keluar kelas, melihat Kiara yang baru sampai kampus tampak mengantre toilet. Ia dan Nakayan tadi memang sengaja meninggalkan Kiara karena Kiara bilang jam kuliahnya dua jam lebih lambat dibanding jam kuliah Kaula.

Lihat selengkapnya