Cyborium

Gia Oro
Chapter #29

Kamuflase

Pemindaian terhadap tubuh yang sedang terbaring di atas ranjang itu telah dilakukan. Layar gulung sudah terhubung dengan kabel-kabel dengan pergelangan kaki dan tangan, sudah menampilkan hasil yang membuat pemilik layar gulung itu membentuk rupa serius pada wajahnya. Nino tertegun setelah membaca hasil pemindaian, agak terasa getir batinnya meski kini saudara sebangsanya yang belum siuman itu ternyata dalam kondisi baik-baik saja tanpa ada zat asing berbahaya setelah menghisap racun dari tubuh tuan putri. Ia merasa ini kedua kalinya Nakayan hilang kesadaran setelah dikenai peluru nyasar tak lama lebih dari sepekan yang lalu. Memang sudah sewajarnya seorang cybopire lakukan apa pun demi majikannya, namun yang baru dilakukan terlalu nekad. Tubuh saat dalam kondisi sebagai cybopire itu sempat terguncang demi mengeluarkan racun cybopire tanpa tuan di tubuh tuan putri, oleh sistem pertahanan tubuh yang berjuang keras mengusir racun itu melalui keringat berlebihan yang tidak wajar. Menjadikan Nakayan seperti berlumuran air selokan hitam pekat yang kental. Tak lama setelah melenyapkan Kim menjadi pasir, air mata hitam mengalir setelah memuntahkan hal yang sama dengan keringat. Pada bagian seperti menangis itu, menjadi pertanyaan oleh Nino apakah itu memang air mata karena menangis atau salah satu cara dari tubuh pula mengeluarkan racun.

Menunggu Nakayan dapat menjangkau kesadarannya, Nino membuat laporan mengenai cybopire tanpa tuan yang berbahaya. Di bawah keterangan mengenai cybopire tanpa tuan, merupakan perihal Nakayan dari sejak menghisap racun. Sesekali mendengarkan Karmila yang mengirimkan laporan mengenai Kaula di kamar seberang. Berbeda dengan Nakayan yang dipantau Nino, Kaula justru dipantau tidak hanya Karmila saja tetapi juga Kalani. Tarian jemarinya pada papan ketik yang menyatu dengan layar gulung di bagian bawah lalu terhenti, karena Nino memalingkan pandangan sejenak pada Nakayan yang rupanya sedang mengerinyitkan kening tampak berusaha menggapai kesadaran.

Fitur tidur diaktifkan pada layar gulung, sebelum kemudian layar gulung itu menggulung dirinya sendiri. Bagai tertarik magnet, kembali menyatu pada seragam klan rubik yang dikenakan Nino. Seragam itu dilepaskan ketika alat-alat yang tergabung dengannya tidak lagi sedang digunakan. Gerakan samar seperti menggeleng dari Nakayan, telah menarik Nino untuk mendekat. Sepasang kelopak mata Nakayan bergerak-gerak oleh geliat bola mata, tak lama setelahnya kelopak mata itu menyibak pandangan.

"Nakayan, kau sudah sadar...???" Bukan sebatas pertanyaan semata, Nino juga sedang menguji pendengaran dan penglihatan Nakayan yang sempat tidak berfungsi saat tubuh saudara sebangsanya itu dipenuhi racun Kim yang sempat dihisap.

Akan tetapi tidak tampak akan menjawab, Nakayan justru mengejapkan mata dengan lemah. Ia lalu berusaha duduk sambil bertanya "tuan putri... dimana tuan putri...???"

"Dia di kamarnya sendiri. Karmila dan Kalani memantaunya."

"Apa dia baik-baik saja?"

"Kau sudah berhasil menghisap racun di tubuhnya, jadi tubuhnya bersih. Karmila telah memindai tubuhnya, begitu hasil dari pemindaian dilakukan."

Seolah-olah tidak begitu memuaskan, Nakayan turun dari ranjangnya akan keluar kamar. Nino hendak mencegah, namun mulutnya urung mengeluarkan sepatah kata apa pun ketika rambut Nakayan berangsur-angsur menjadi merah muda. Ia lantas mengekori Nakayan sampai ke depan kamar Kaula berada.

"Kalani, izinkan aku melihat kondisi tuan putri!" Nakayan berkata, setelah ia mengetuk kamar yang dituju.

"Apa yang terjadi, Nakayan?" Nino tidak tahan bertanya.

"Aku melihat bakteri baik buatan sebelum aku lenyapkan Kim! Saat aku berbalik dari melenyapkan Kim, sel pertahanan tuan putri menyerangnya sebagai musuh, padahal bakteri baik buatan juga telah membantuku membersihkan aliran darah tuan putri dari racun Kim!"

"Apa?!"

Lihat selengkapnya