Saat situasi begitu tegang, ponsel-ponsel berdering dengan nada berbeda, meski memang ada yang terdengar sama sehingga terdengar seperti ada gema. Pesan diterima, termasuk orang-orang yang menjadi pesan di dalamnya. Semua mata bergantian secara acak tertuju pada Kefadi dan Kalvin, kemudian Kaula dan Nakayan, lalu Kiara dan Kujo. Yang ditatap menelan air ludah.
"Kalian para pelaku gedung yang hilang menjadi kawah itu?!" Dosen yang menggiring Kefadi tanpa ragu-ragu menembak telak, sebagaimana pesan yang diterima.
"Maaf, bu. Bagaimana kalau kita tangani Kalvin dan kak Kaula lebih dulu?" Kujo berusaha menawar situasi, meski dirinya sendiri mulai siap siaga.
"Tidakkah mencurigakan, tiba-tiba dia bisa lukai sampai seperti membuat luka bakar?!" Seorang mahasiswi turut memanas-manasi.
"Kita amankan mereka!" Seorang lain berseru.
Sebatas seruan semata. Perhatian mereka dalam sekejap teralihkan oleh teriakan dari luar memperingatkan adanya kebakaran. Aroma bakaran memang terhidu, semakin nyata ketika asap kelabu mulai membumbung. Orang-orang sekitar mulai panik untuk mengamankan diri menuju tangga ke bawah. Entah suatu kebetulan, menjadi kesempatan bagi Nakayan untuk lekas membopong Kaula ke kelas tempat Kalvin berbuat asusila tadi untuk selamatkan diri melalui jendela. Kefadi, ia justru diliputi keraguan akan membopong Kalvin yang sudah tidak sadarkan diri. Kujo yang lebih dulu membopong Kalvin, sebelum Kefadi tergerak membantu kemudian. Rubik milik Nakayan sudah dilempar ke luar jendela, menjadi kendaraan yang muat oleh mereka. Akan tetapi, tiba Kiara yang akan terakhir masuk, ia menoleh pada satu-satunya orang yang tidak turun, dan memang sejak tadi dipantaunya.
Kano, wajah itu menampilkan rupa baru tau mengenai hubungan khusus antara Kaula dengan Nakayan dan empat junior. Dengan senyum yang menyiratkan kerelaan, ia melambaikan tangan. "Hati-hati, sebelum mereka menemukan kalian!"
Mobil terbang telah melaju di udara. Orang-orang di dalamnya termenung oleh Kano yang bagai menjadikan mereka sebagai orang-orang yang terciduk. Hanya Nakayan yang paham, karena sempat ada obrolan dengan sosok yang menyukai tuan putrinya itu. Seolah-olah tidak mengetahui apa-apa perihal Kano, ia membantu pemulihan Kalvin. Tidak begitu mengejutkan baginya tentang hari ini, sebab peringatan sudah diterima setelah salah seorang anggota Jaringan Nukleolus dinyatakan hilang, kemudian berlanjut seperti apa yang terjadi barusan berupa pesan yang sama diterima serentak berisi wajah-wajah yang disebut sebagai dalang hilangnya gedung menjadi kawah. Wajah dirinya, Kaula dan Kiara beserta sahabat-sahabatnya, yang tentu saja merupakan sebuah fitnah.
Antek-antek Jikeusve pasti yang melakukan demikian, dan kemungkinan ada di antara orang-orang di kampus. Dan sudah pasti orang-orang mereka juga yang menjadikan salah seorang Jaringan Nukleolus dinyatakan hilang. Nakayan dan klan rubik telah diberi tahu sebelum pemuda cybopire itu mengantar sang tuan putri ke restoran paruh waktu, hal yang sengaja disembunyikan. Kahfi, ia yang bertugas memeriksa peluru nyasar, tepat sesudah mengabarkan bahwa peluru itu ternyata benda pelacak lokasi, seketika itu terdengar keributan dari sambungan, dan sampai saat ini kabar keberadaannya belum diketahui.
Kujo menyayangkan perihal markas ditentukan untuk tidak menetap pada satu titik, namun ternyata seorang rekan telah menjadi orang hilang yang sudah diduga pasti ditangkap oleh antek-antek Jikeusve. Kiara, ia menghubungi Nino dan Karmila sekaligus demi mengabarkan kondisi terkini serta terutama mengenai Kaula dan Kalvin. Perhatian teralihkan oleh baliho-baliho yang menampilkan wajah mereka sebagai buronan. Jangankan kembali ke kampus, bahkan sekadar berbaur dengan lingkungan pun sudah tidak mungkin, terlebih spanduk-spanduk sudah diketahui sebelum kabar hilangnya Kahfi, pada mata model di spanduk terpasang 'pemantau' yang lebih tepatnya disebut mata-mata.
Notifikasi dari jam khas klan rubik, tidak hanya Nakayan saja tetapi juga Kiara dan dua sahabatnya—Kalvin sama dengan Kaula yang tidak sadarkan diri. Sebuah pesan yang sama dari Kamil, memperingatkan perihal wajah-wajah buronan yang tersebar di media, agar meninggalkan atau membuang ponsel mereka karena dikhawatirkan keberadaan bisa dilacak melalui ponsel yang umum digunakan. Saling melempar pandang sejenak sebelum berpikir akan membuang, tetapi tiba-tiba Nakayan tertunduk lemas saat kembali memeriksa Kaula.