Mereka menjadi abu tiap jarak tertentu dalam upaya menggapainya. Udara tercemar oleh polusi mereka yang tewas sebelum sempat menyentuhnya. Orang-orang di bawah diberi peringatan oleh beberapa klan rubik yang terbang paling belakang. Tidak ada pertarungan antara mereka dengan para cybopire, seolah-olah satu orang itu yang berada paling depan tidak butuh bantuan.
Kaula, ia benar-benar melesat di udara seakan-akan memimpin orang-orang yang terbang di belakangnya. Sesuatu tidak dapat dijangkau mata keluar bagai aroma dari tubuhnya, dan entah bagaimana dapat membuat para cybopire di belakang yang mengejarnya untuk menangkap justru alami nasib malang. Tidak ada apa-apa dalam benaknya, raut wajahnya saja begitu datar dengan lengkungan samar. Setelah sekian menit mengitari kota yang telah 'tanpa diketahui' atau tanpa 'disadari'-nya dengan menebarkan zat yang mirip aroma dari tubuhnya yang mematikan para cybopire, juga mematikan zat-zat halusinogen tak kasat mata yang bercampur dengan udara selama puluhan tahun. Dan kemudian, penerbangan yang melaju dalam kecepatan tetap tiba-tiba melesat melebihi sebelumnya.
Tidak ada cybopire yang tersisa mengekori, kecuali mereka yang menyaksikan dari bawah segera turut mengejar namun turut bernasib sama dengan rekan-rekan mereka sebelumnya. Sedangkan beberapa orang klan rubik yang turut berada di paling belakang telah menyebar ketika kacamata khas mereka dapat melihat zat yang menjadikan para cybopire sebagai abu, lalu dibuat terkejut karena Kaula merendahkan penerbangannya. Bagai elang yang menerkam mangsa, begitu yang dilakukan Kaula. Ia dengan tubuhnya yang lebih kecil dari mangsanya menerkam salah seorang lelaki yang tampak lakukan kekerasan pada seorang yang perempuan diduga istrinya dengan menjambak keluar rumah.
Jeritan minta tolong tidak dipedulikannya. Upaya meronta-ronta terlihat tidak tampak menjadikan Kaula merasa berat dalam membawa terbang menggantung. Orang-orang klan rubik lantas dibuat terkejut karena sang lelaki bernasib sama dengan para cybopire. Tidak hanya satu orang yang menjadi korban, rupanya masih ada korban-korban lainnya yang kedapatan lakukan tindakan menyimpang yang merugikan.
"Apa yang harus kami lakukan? Tuan putri main hakim sendiri!" tanya salah seorang pada jam tangannya. Layar gulung yang memiliki kecerdasan buatan untuk terbang sebagaimana pemiliknya, sedang menyiarkan secara langsung ke seluruh anggota klan rubik.
Sebuah bola cahaya sebagaimana gelembung sempat menelan Kaula, menggelinding di belakang. Para hologram Nevan, mereka yang menjadi bola cahaya itu dengan seorang pemuda di dalamnya. Makin dekat, bahwa pemuda yang tampak diam berdiri melayang itu rupanya seseroang dengan kedua sayap.
"Cybopire? Siapa dia? Kenapa dia di sana?!" Salah seorang bertanya-tanya.
"Dia Kafin!" Suara dari jam tangan masing-masing. "Adik kandung tuan putri yang sempat hilang dan ternyata dijadikan cybopire! Tuannya adalah sepupunya sendiri yang meminta untuk menolong tuan putri!"
"Menolong? Tidak ada yang bisa kita lakukan! Para cybopire telah lenyap, kau bisa lihat sendiri dari siaran langsung!"
"Kami Nevan, kami akan melindungi Kafin dan para rekan klan rubik...," ucapan Nevan seolah menjawab kepanikan, seraya mereka mengembalikan diri menjadi hologram wujud yang serupa dengan majikan.
"Tuan putri harus dihentikan! Diduga kuat tubuhnya alami ketidaknormalan saat berada dalam telur rahim! Belum lagi tuan putri sempat digigit cybopire tanpa tuan!" Suara dari jam menambahkan.
Tampak di kejauhan sana langit kontras dua warna kembali berlangsung, yang kemudian memudar dengan awan-awan terbentuk kelabu. Orang-orang klan rubik tidak yakin akan meneruskan, namun Kaula seolah tidak bisa melihat kemungkinan bahaya karena posisi lebih tinggi dibanding gedung atau pohon atau menara apa pun bilamana terjadi petir atau halilintar. Laju mereka melambat demi mengabarkan pada para rekan yang tidak ikut terbang, namun perhatian teralihkan karena Kafin tidak gentar menyusul sang kakak.
"Oh tidak..."
Angin berhembus kencang. Gerakan awan kelabu semakin mengerikan bak saling memakan sesamanya. Benar saja, kilatan itu menyambar. Tepat mengenai Kafin. Terjun bebas namun hanya sebentar, namun tidak sampai berdebum ke permukaan bumi dan segera naik mengejar sang kakak. Terdengar teriakannya memanggil sang kakak.