Em ... aku mulai dari mana kisah ini, ya?
Juli 2004
"Dewi!"
Gadis berambut pendek dan hitam itu menoleh. Dia berdiri kurang semenit di ambang pintu masuk kelas setelah menemukan ruangan ini. Gadis yang memanggilnya melambaikan tangan. Dewi tersenyum, gegas menghampiri dengan riang.
"Kamu udah datang dari tadi?" tanya Dewi sambil duduk di samping gadis tadi, dan menyandarkan ranselnya pada punggung kursi.
"Iya dong. Kalo nggak, bisa keduluan sama yang lain," sahut gadis bernama Ayu itu. "Gimana? Aku nyari tempat duduk yang bagus, 'kan?"
Bagus yang dimaksud Ayu di sini adalah lokasinya. Meja yang dipilihnya berada di baris kedua setelah pintu masuk, tapi tempat duduk mereka bukan di depan, melainkan nomor kedua.
Dewi tidak masalah duduk di mana, yang penting tulisan di papan tulis bisa kelihatan olehnya. Ayu yang bangga akan pilihannya, tidak ditimpali apa pun olehnya. Dewi cuma tersenyum, merogoh lalu mengeluarkan topi merah putih dari dalam tas.
Upacara di hari pertama dirinya berada di kelas 5 akan segera dimulai.
Bel berbunyi, para siswa keluar kelas dengan sambil memakai topi. Dalam 5 menit, lapangan telah dipenuhi oleh ratusan siswa. Mereka berbaris seusai kelas, yang dimulai dari kelas satu yang berada di barisan paling ujung kiri.
Upacara ini tidak seperti upacara bendera yang dilakukan setiap Senin. Ini cuma upacara penyambutan murid baru dan murid yang naik kelas. Jadi, setelah kepala sekolah memberi pidato, anak-anak berbaris mencium tangannya dan guru-guru lain, lalu kembali ke kelas.
Dewi benci upacara. Badannya pendek dan kecil, setiap upacara guru selalu memindahkannya ke barisan depan. Lapangan yang luas selalu menghadap ke Timur. Alhasil, bagian barisan depan selalu disirami sinar matahari yang membuat mereka basah kuyup oleh keringat setelah upacara dibubarkan.
Dewi membuka topi untuk mengipasinya begitu sampai di kelas. Ayu juga melakukan hal yang sama. Musim kemarau tahun ini memang benar-benar panas!
"Kira-kira, siapa wali kelas kita, ya?" Ayu membuka topik, setelah keringatnya hampir menguap.
"Aku dengar sih, pak Trisna. Katanya, pak Tris suka jadi wali kelas 5 atau kelas 6," jawab Dewi, meletakkan topi di atas meja, lelah mengipasi dirinya.
"Pak Tris?" pekik Ayu, sontak meletakkan topi di meja. "Yang kacamata bulat itu? Asyik! Katanya orangnya lucu. Kelas kita bakal seru nih?"