Nay baru sampai di rumah. Ia membuka kunci pintu lalu masuk ke dalam. Seperti biasa ia melakukan kegiatan di rumah sendirian. Pukul setengah tiga sore tadi mamanya pamit untuk berangkat ke klinik gigi. Biasanya mamanya praktik mulai pukul tiga sore hingga pukul tujuh malam. Sementara ayahnya bekerja di pertambangan batu bara dan pulang setiap dua bulan sekali atau ketika cuti tahunan.
Bentar lagi lo dijemput. Makan dan siap-siap dulu, gih!
Setelah membaca pesan dari Diru, Nay segera membersihkan diri dan bersiap-siap. Ia memakai celana kulot hitam berpotongan midi dengan crinkle blouse sederhana berwarna biru laut. Setelahnya dengan sedikit sentuhan ia memoles wajahnya agar tidak pucat. Tak ketinggalan lip gloss untuk membuat bibirnya tidak kering.
Nay menyempatkan untuk makan meski ia hanya masak mi instan. Sebetulnya mama sudah berpesan untuk beli bakso Bang Udin di perempatan dekat rumahnya tapi Nay tidak sempat karena pulang tadi saja diantar oleh Diru.
Selesai makan Nay duduk di sofa sembari mengecek gawai. Belum ada pesan di grup selain dari Diru beberapa waktu lalu. Tapi tadi Diru bilang ia akan segera dijemput. Oleh siapa, ya? Mengingat sepulang sekolah Diru bilang bukan dia yang akan menjemputnya.
Tidak lama kemudian ada ketukan di pintu rumahnya. Pasti orang itu yang akan membawanya ke rumah Roni. Ya, mereka akan mulai latihan di rumah Roni karena kakak kelasnya itu memiliki studio musik pribadi. Nay benar-benar gugup. Ini pertama kalinya ia bergabung dalam sebuah band bentukan orang yang tidak ia kenal. Berawal dari ajakan Diru yang memintanya menjadi vokalis di band itu hingga akhirnya Nay mau. Sejujurnya berat, mengingat ia tak pernah menyanyi dalam acara besar kecuali saat hari jadi sekolah atau pensi di sekolah.
Nay segera membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia ketika matanya menangkap sosok Faza berdiri di hadapannya, sekarang.
"Kok, kamu yang jemput aku?"
Faza memasang tampang datarnya. "Buruan pake helm."
Di perjalanan Faza dan Nay tidak bicara apa-apa. Layaknya dua patung yang saling membelakangi, Faza fokus mengemudi sementara Nay sibuk membalas pesan Diru. Tepat ketika lampu merah menyala, motor Faza berhenti.
"Rumah Kak Roni masih jauh?"
Faza menunduk melihat jam di tangannya. "Sekitar sepuluh menit lagi nyampe."
Nay mengangguk lalu kembali bertanya, "Kamu udah kenal deket sama Kak Roni?"
"Dia kakak kelas gue waktu SMP."
Nay mengangguk lagi. Jawaban Faza yang singkat, padat, dan jelas membuat Nay kehabisan kata-kata untuk membahas topik pembicaraan lain. Nay mencoba memaklumi karena ia tahu Faza memang orang yang malas sekali bicara.
Faza dan Nay sampai di rumah Roni sekitar pukul lima sore. Di halaman rumah itu sudah terparkir kendaraan milik teman-teman yang sudah sampai terlebih dahulu. Nay gugup sekali mengingat ia hanya seorang siswi kuper di sekolah. Ia hanya kenal dengan teman-teman satu kelas, beberapa dari kelas lain kenal namun tidak terlalu dekat. Sahabatnya hanya satu Gea. Itu karena hanya Gea yang bisa sangat mengerti dirinya.
Dan kali ini dia justru dihadapkan dengan para senior hit yang sangat digandrungi seisi sekolah. Nay ingin pingsan!
"Hei, bro what's up!" Roni menyambut Faza dan Nay di ambang pintu. Terlihat raut wajahnya sangat bahagia, entah dibuat-buat atau tidak.
Nay menoleh ke sebelah kanan untuk mengamati wajah Faza. Sedikit mendongak mengingat tingginya hanya sebahu lelaki itu. Bila dilihat-lihat Faza sangat tidak suka dengan situasi yang terjadi sekarang. Nay bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi?
"Kita langsung latihan, kan?"
"Waduh, santai aja Za... kita bisa minum-minum dulu sebentar." Kata Roni dengan gaya bicaranya yang santai.
Faza melihat di atas meja tersusun beberapa botol minuman yang ia yakini mengandung alkohol. Kemudian dia menoleh, melihat mata Nay menyipit seperti memberikan suatu pertanyaan.
"Kami air putih aja." Ujar Faza.
Tidak lama kemudian Diru datang membawa beberapa camilan yang terbungkus dalam kantung kresek putih berukuran besar. Diru pikir dia terlambat maka dari itu di jalan tadi ia mempercepat laju motornya. Karena harus mampir ke sekolah untuk mengurus sesuatu, Diru jadi grasah-grusuh.
"Kemaren Gilang udah ngajuin beberapa lagu yang cocok kita bawain di acara-acara gede kayak gini. Cuma Nay bilang agak berat. Jadi gue mau minta saran dari kalian, dari Nay juga khususnya, untuk memilih dua lagu." Ujar Roni usai semua telah berkumpul di studio musiknya.
Mereka mulai berdiskusi untuk menentukan pilihan terbaik. Sesekali Nay bertanya pada Faza perihal yang belum ia pahami. Tumben sekali Faza sangat baik dan tidak cuek seperti biasa. Namun Nay juga bingung karena setiap Faza bicara dengan mata yang menatapnya serius, mendadak jantung Nay berdetak sangat cepat. Jadi, apa ada yang salah dengannya?
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Karena hari ini adalah hari pertama latihan, mereka masih semangat sekali. Hal itu membuat mereka jadi pulang malam. Kalau saja tidak ada Faza, mungkin Nay akan pulang sendiri naik transportasi umum mengingat ia tidak bisa mengendarai motor. Mamanya tadi sempat menanyakan kabarnya dan Nay bilang ia sedang dalam perjalanan pulang meski keadaan sebenarnya ia baru saja mau pulang. Dan pulangnya pun bersama teman sekelas yang seperti baru kenal beberapa hari. Lagi pula Nay bingung kenapa yang menjemputnya harus Faza, kenapa tidak teman yang lain saja. Dan kini masalah itu bagi Nay justru jadi pertanyaan, artinya ia akan diantar dan dijemput Faza setiap hari?