Dad Cool Son Cold

Ardnerus Nomis
Chapter #2

Chapter 2

REZA POV

Di ruanganku yang sepi, aku melihat dari dinding kaca cafeku yang ramai, aku melihat keluarga lengkap yang duduk disana, bercanda tawa bersama, mereka terlihat begitu bahagia. Sekejap aku jadi teringat dengan ibuku. Aku mengambil dompetku lalu membukanya, kulihat fotonya yang ku simpan di dompetku.

'Tok.. Tok.. Tok..' suara ketukan pintu

"Yaa.. Masuk" ijinku, melihat ke arah pintu

Pintunya pun dibuka oleh seorang pria kemudian pria itu berdiri di depan pintu

"Pagi Bray." sapa pria itu

"Yaa pagi." sahutku sambil tersenyum padanya.

Dia sahabatku, Wahyu. Dia dulunya teman kampusku hingga sekarang menjadi sahabat sejatiku. 

Ia masuk ke dalam ruanganku lalu duduk di kursi. 

"Tumben pagi-pagi gini lu udah datang." kataku

"Iya bray, gue mau cerita sesuatu ni sama lu. " ungkap Wahyu

"Cerpen?" tanyaku tersenyum

"Ya engga lah bray." katanya kesal

"Tapi lu bilang mau cerita." kataku

"Iya maksudku mau curhat rezooot.." kesal Wahyu

"Hahahah, Ok lah lanjut.." tawaku

"Lu ingat Anisa kan? cewek yang dulu ku taksir di kampus." tanya Wahyu

"Haaa iya Anisa tu." kataku mengingat. 

"Ingat kan?" tanya Wahyu

"Ya jelas ingat lah.. dulu kan dia pernah basahin celana lu pakai coca cola hahaha." tawaku

"Hehehe dasar lu, selalu ingatnya moment-moment yang begituan."

"Hahahaha, syukur masih coca cola bray, untung ga bensin hahaha." ledekku

"Hahaha nyesel jadinya gue cerita sama lu." tawa Wahyu

"Hahaha.. Terus? Emangnya dia kenapa?" tanyaku

"Kami mulai dekat lagi bray, nampaknya dia mulai membuka hatinya untuk gue, kami sering becandaan waktu chattingan dan kami mulai saling nyaman bray." jelas Wahyu

Setelah mendengarkan ceritanya, aku yang tadinya tertawa berubah menjadi sinis.

"Terus apa rencana lu bray?" tanyaku serius

"Gue rencananya mau nembak dia." jawab Wahyu

"Terus, untuk apa lu ceritain ini ke gue?" tanyaku

Wahyu terdiam sejenak lalu berkata, "gue mau minta bantuan lu bray, untuk mengatur strategi yang tepat untuk nembak dia."

" Terus lu pikir gue mau bantu?" tanyaku

Wahyu terdiam menatapku

"Lu udah lama jadi sahabat gue tapi lu masih juga ga ngerti!" kataku dengan nada bicara tinggi. 

"Gue jatuh cinta bray, ya gue kira lu bakal mau tolong sahabat lu." ungkap Wahyu

"Cinta.. Cinta.. Cinta.., Apa lu ga punya kegiatan dan urusan lain selain itu?!" tanyaku dengan tegas

Wahyu diam menatapku. 

"Kalian semua jatuh cinta.. nembak cewek.. Pergi kencan kesana kemari.. Setelah kalian bosan kalian putus.. Begitu?!" sambungku

"Tapi cintaku ke Anisa tu benar-benar cinta bray." lawan Wahyu

"Hahaha Wahyu.. lu aja kalau lihat cewek sendirian langsung lu gombalin."

Wahyu diam, tidak melawan perkataanku. 

"Fokuslah ke tujuan hidupmu dulu, setelah lu sukses, cinta sejati akan datang dengan sendirinya, tak perlu dicari-cari." sambungku

Wahyu terus menatapku

"Lagipula, cinta itu lahir dari hati, bukanlah mata dan pikiran, karena mata dan pikiran memandang fisik namun hati tidak, Paham?" tanyaku

"Iya bro." sahut Wahyu mengangguk

"Gitu dong baru sahabatku.." kataku tersenyum

"Udah siap ceramahnya?" tanya Wahyu meledek

"Ya jelas udah dong hahaha" tawaku

"Ok gue balik dulu ya." pamit Wahyu

"Eh.. tunggu dulu." tahanku

"Apalagi?"

Lihat selengkapnya