DAEGAL

Hesti Ary Windiastuti
Chapter #3

#3 Hancur

Daegal mencoba menjelaskan dengan hati-hati, soal kondisi ibu Mahesa kepada ibu angkatnya, dan berharap ibu angkatnya berkenan untuk membantu.

"Kamu jauh sekali berbeda dari Diego, kakak mu itu, manja, sudah kuliah, tapi kelakuan masih seperti anak SMA, besok sehabis pulang sekolah, kita ke rumah sakit,"ucap ibu angkat Daegal sembari menepuk-nepuk pundak Daegal yang tersenyum.

"Sudah sana, belajar lagi, papi nelpon," sembari ibu angkatnya mengangkat ponselnya yang berdering.

"Oke mami akan usahakan, siapkan saja semuanya Pi, paspor, untuk si bungsu, Visa juga, jangan lupa."

Daegal mencuri dengar percakapan kedua orangtuanya angkatnya, mendengar kata Paspor dan Visa, dahi Daegal berkerut, berpikir, bukankah semua itu dokumen untuk pergi ke luar negeri, suatu hal yang sangat Daegal inginkan, melakukan perjalanan ke luar negeri.

Daegal membayangkan seandainya Julian ada bersamanya saat ini, tentunya Julian akan meloncat kegirangan, dan sudah barang tentu akan menjadikan dirinya tempat jasa titip barang, tapi sayangnya, Julian, juga diadopsi, dan masalahnya Daegal tidak tahu, dimana pastinya tempat Julian saat ini menetap, sementara itu, yang tertinggal di panti, tidak banyak, mayoritas yang masih sekolah sama seperti dirinya, mereka memilih bertahan, karena tidak ada yang kunjung datang mengadopsi, dan bertahan menunggu hingga lulus, agar bisa mencari pekerjaan.

Sebenarnya pengurus panti meminta anak-anak yang tinggal, untuk fokus sekolah, dan setelah lulus, mencari pekerjaan, agar bisa mandiri, dan jangan terlalu memikirkan soal panti lagi, tapi kebanyakan dari anak-anak tersebut, memilih, untuk tinggal, dan membantu pengurus panti, tapi ada juga beberapa yang akhirnya memilih tinggal terpisah, tapi tetap memantau kondisi panti dan beserta pengurus panti, ada juga beberapa anak yang dititipkan ke panti lain, karena pengurus panti, kondisinya sakit-sakitan, dan anak-anak tersebut butuh perhatian ekstra, karena faktor usia.

Karena kelelahan mengisi PR, Daegal tanpa sadar tertidur di kursi dengan menjadikan lengannya sebagai bantal, ibu angkatnya yang melihat hal tersebut, bermaksud membangunkan Daegal, tapi suara gaduh terdengar dari luar, dan rupanya Diego yang baru saja pulang dalam kondisi mabuk.

Daegal memperhatikan mobil yang dikemudikan oleh Diego, ada sedikit penyok dibagian bumper depan, seperti habis menabrak sesuatu, dan ternyata adalah pagar rumah, yang sudah terlihat miring.

Daegal tak habis pikir, apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Diego, diberikan orangtua lengkap, tapi sering kali, membuat keduanya sedih, apa Diego tidak pernah diajarkan caranya bersyukur, soalnya menurut Daegal, Diego benar-benar menyia-nyiakan semua yang ia punya.

Melihat wajah sedih ibu angkatnya, Daegal berjalan mendekat ke arah ibu angkatnya tersebut, dan bermaksud untuk menghiburnya, tapi tiba-tiba Diego keluar kamar, dengan marah-marah, dan mengeluarkan kata-kata kasar, yang ditujukan kepada Daegal.

Daegal benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang Diego katakan, meskipun dalam kondisi mabuk, Daegal yakin 50% ucapan Diego adalah unek-unek yang selama ini ia simpan dan baru sekarang ia keluarkan.

Ibu angkat Daegal, bahkan sampai menutup telinga Daegal agar tidak mendengar apa yang Diego ucapkan,dan meminta Daegal untuk masuk kamar, dan memberi kode, agar menggunakan kapas penutup telinga, atau earphone, sembari mendengarkan musik, tapi Daegal menolak, karena kelakuan Diego terhadap ibunya bisa dikatakan kasar, karena mendorong ibunya hingga terjatuh ke pinggir Sofa.

Melihat hal itu, Daegal bergegas membantu ibu angkatnya, dan mencengkeram erat kerah baju yang Diego kenakan, dan langsung mendaratkan pukulan keras ke wajah Diego, sehingga membuat kakak angkatnya tersebut terjungkal ke belakang, sebenarnya bukan semata-mata karena pukulan, tapi karena efek dari mabuk, yang membuat Diego bisa terjungkal.

"Dae!! Masuk kamar!!" Ibu angkatnya dengan nada tinggi memerintahkan Daegal agar tidak lagi menghajar Diego.

"Tapi mami!"

"Mami bilang, masuk kamar!! Pakai earphone atau apapun itu, pokoknya tutup telinga mu."Perintah ibu angkatnya sembari mendorong tubuh Daegal agar masuk ke kamarnya.

Mau tidak mau, Daegal menurut apa yang ibunya perintahkan, meskipun dia tidak ingin.

"Kakakmu sudah tidur, kamu pasti kaget ya? Anak mami yang manis dan tampan, tidak apa-apa, mami baik-baik saja, hanya saja, mungkin besok kakak mu, bangun dengan pipi bengkak."

"Maaf." Ucap Daegal pelan

"Mami tahu kamu refleks, punya dua jagoan di rumah, mami merasa aman."

"Tiga, papi nggak mami hitung."

"Oh ia, papi, mami kok bisa lupa soal papi, habis papi jarang di rumah, sudah tidur lagi, sudah larut malam, besok kesiangan, dan jangan lupa ingatkan mami soal, rumah sakit."

Lihat selengkapnya