Sebenarnya Daegal tidak ingin berpisah dari saudara-saudaranya yang ada di panti asuhan, tapi karena dia sudah diadopsi dan semua kelengkapan pun sudah memenuhi syarat, jadi dia mau tidak mau harus pergi.
Keluarga baru, artinya dia harus beradaptasi dengan segala hal yang baru, siap tidak siap, semuanya harus ia biasakan, suka tidak suka, semua sudah ada di depan mata.
Daegal tidak terlalu tahu secara detail, tentang keluarga angkatnya, karena ketika perkenalan dengan kedua orang tua angkatnya, keduanya hanya mengatakan kalau mereka memiliki anak yang usianya terpaut tidak terlalu jauh dari Daegal, namanya Diego, dan nanti Diego akan menjadi kakak bagi Daegal.
Antara senang dan sedih semuanya bercampur menjadi satu dalam hati Daegal, sedih karena akan berpisah dengan saudara-saudaranya yang ada di panti asuhan, senang, karena akhirnya doa yang sering ia panjatkan selama ini kepada Tuhan, akhirnya terjawab, meskipun harus menunggu cukup lama.
Rumah yang akan menjadi rumah baru Daegal, besar dan mewah, dan Daegal tahu hal itu, saat pertama datang kemudian di bawa berkeliling melihat-lihat isi rumah.
Namun saat itu Daegal masih belum bertemu dengan saudara barunya, hatinya bercampur aduk, antara khawatir dan senang.
Ketika menuruni anak tangga setelah puas berkeliling di lantai atas, Daegal akhirnya berpapasan dengan saudara angkatnya yang ternyata baru pulang kuliah.
"Diego, kesini sebentar, ada yang ingin mami bicarakan."
"Apa lagi sih mami, Diego capek, ini sudah malam, mau istirahat," sungut Diego sembari berjalan mendekat ke arah ibunya
"Duduk dulu, mami mau memperkenalkan kamu dengan adik baru mu, namanya..."
"Apalagi ini?! Adik!! Diego nggak butuh adik!!" Sembari berlalu dari hadapan Daegal dan ibunya.
"Diego, dengarkan mami dulu!!" Suara pintu kamar di banting dengan keras.
Wajah Daegal seketika pucat melihat apa yang baru saja Diego dan ibunya pertontonkan, secara selama di panti asuhan, ia tidak pernah melihat sikap kasar yang ditujukan oleh seorang anak kepada ibunya, seperti yang dilakukan oleh Diego.
"Kakakmu wataknya keras, jadi sulit untuk menasehatinya, bahkan papi saja menyerah, dan memilih mendiamkan semuanya, jadinya mami yang pusing, tapi kamu jangan ambil hati ya, dengan apa yang baru saja kakakmu katakan, lambat laun, dia pasti menyadari kesalahannya, maklum kelamaan jadi anak tunggal."
Daegal mencoba menanggapi ucapan ibu angkatnya dengan senyuman.