2005 Pertengahan Tahun
“Lalu apa yang bisa kau berikan bila aku menerimamu?”
“Aku akan membantumu menggunakan kekuatan negatif dalam dirimu. Mungkin akan terasa aneh untukmu yang manusia. Tapi tidak masalah, karena nanti kau akan terbiasa.”
“Kekuatan negatif? Ah, kau mengada – ngada.” Dagaz tertawa mendengar jawaban Dark. Ia tidak yakin ada kekuatan semacam itu. Lagipula ia terlalu skeptis untuk menerima hal – hal di luar nalar. Dagaz yakin bahwa ia sedang berhalusinasi. Ia menepuk pipinya untuk menyadarkan diri dari pengaruh halusinasi.
“Ini bukan halusinasi. Aku bisa mengerti apa yang kau pikirkan sekarang, karena aku adalah dirimu sendiri. Aku telah berada di dalam hatimu sejak lama, hanya saja dogma yang kau terima membuatku tersegel. Diagram yang kau buat telah membuatku terlepas dari segelmu itu.”
Dagaz masih tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Dark. Dark paham dengan kebingungan yang dialami oleh Dagaz dan menyarankan untuk cukup mendengarkan arahan Dark. Dagaz hanya mengiyakan saja perkataan Dark, karena ia masih menganggap itu halusinasi.
“Kamu akan kehilangan ingatanmu di masa lalu bila kau menerimaku. Sebagai gantinya, kamu bisa mengalami kejadian di masa depan. Namun kau tidak bisa menggantinya. Apa kau setuju dengan persyaratan ini?”
Dagaz berpikir sejenak dan mengenang masa lalu. Ia merasa tidak memiliki kenangan yang berharga untuk disimpan. Tanpa pikir panjang, ia segera menyetujui persyaratan tersebut. Dagaz berpikir bahwa kemampuan melihat kejadian masa depan adalah sesuatu yang luar biasa.
“Baiklah, aku setuju dengan syarat tersebut,” jawab Dagaz dengan nada tegas.
Dark tersenyum mendapat persetujuan dari Dagaz. Segera pandangan Dagaz menjadi hitam. Kali ini Dagaz tidak panik seperti sebelumnya. Ia berpikir saat ini sedang bermimpi. Pemikiran skeptis tetap menjadi hal yang tidak bisa dilepas oleh Dagaz. Meskipun sehari – hari ia tampak percaya dengan hal – hal gaib seperti hantu. Itu hanyalah cara ia bermanipulasi agar terlihat normal di kalangan anak – anak sebayanya.
“Baiklah, cukup itu saja yang aku perlukan. Selamat tidur.”
Dagaz pun tertidur dalam gelapnya ruang kamar tersebut. Lampu kamarnya yang terang tiba – tiba meredup dan mati. Namun setelah Dagaz benar – benar tertidur, lampu kamarnya perlahan kembali menyala normal seperti sedia kala. Tidak terlihat keanehan di sana.
------------------------------
Dagaz menjalani kehidupan yang berbeda dari sebelumnya. Ia kini memiliki ambisi untuk lebih baik daripada temannya yang lain. Hal ini disebabkan rasa iri terhadap sesamanya. Dark benar – benar mengubah pemikiran Dagaz. Seketika Dagaz bisa mendapatkan posisi rangking 1 di kelasnya. Padahal ketika ia kelas 1 SMP, bahkan Dagaz tidak masuk dalam peringkat 10 besar. Ini merupakan sesuatu yang seharusnya membanggakan bagi Dagaz, namun Dagaz tidak bisa merasakan kebanggaan karenanya. Ia merasa pencapaian yang telah ia dapatkan merupakan suatu hal yang sangat biasa dan bukan hal yang hebat. Entah mengapa Dagaz merasakan hal seperti itu. Dagaz terbiasa berkomunikasi dengan Dark terkait hal ini.
“Bagaimana perasaanmu dengan pencapaian yang telah kau dapatkan?”