2007 Pertengahan Tahun
Dagaz sudah memasuki dunia SMAnya. Ia merasa bahwa dunianya saat ini tidak akan jauh berbeda daripada sebelumnya. Sama – sama berada di keramaian namun dengan kondisi antara ada dan tiada. Kehadirannya bahkan tidak ada yang menyadarinya.
“Kau sudah terlalu terpengaruh oleh Dark! Bila kau terus –menerus seperti ini, kegelapan akan menguasaimu! Meskipun kau tidak sepenuhnya manusia lagi, namun unsur manusia masih ada pada dirimu.”
Suara Light terngiang – ngiang di pikiran Dagaz yang sedang mendengarkan pelajaran dari guru biologinya. Kepalanya sedikit terasa aneh. Ia memegang kepalanya yang sebenarnya tidak pusing. Hanya saja ia tidak bisa fokus karena itu. Sesekali ia menggaruk – garuk kepalanya. Peringatan Light benar – benar merasuki pikirannya. Dagaz menyadari bahwa saat ini bahkan dirinya cenderung menjadi sosok yang antagonis.
“Bisakah dirimu diam sekali saja!” ucap Dagaz dengan nada yang sangat pelan.
Teman sebangku Dagaz mendengar yang diucapkan Dagaz. Ia terheran dengan siapa Dagaz berbicara. Ia melihat Dagaz tidak sedang memakai headset. Mata Dagaz mengarah kepada meja, itu berarti dia tidak berbicara kepada siapapun.
“Kau bicara dengan siapa?” tanya teman sebangkunya keheranan. Ia mengernyitkan dahinya. Ia melihat sekitar Dagaz tampak tidak sedang berbicara dengan Dagaz.
“Ah, tidak apa. Aku hanya bicara sendiri. Lupakan.”
Mendapat jawaban seperti itu, teman sebangkunya merasa Dagaz adalah orang yang aneh.
Dagaz memang tidak sedang berbicara dengan manusia, namun ia berbicara dengan hal lain. Yang tidak mungkin bisa dilihat oleh manusia.
------------------------------
2005 Pertengahan Tahun
Di kamar Dagaz yang kini tidak ada lagi diagram yang sebelumnya ia gambar. Dagaz sedang duduk di kasurnya, berbincang dengan Dark. Dagaz mengecilkan suara untuk menjaga agar tidak ada siapapun orang rumah yang mungkin tiba – tiba datang ke kamarnya. Ia berhati – hati agar tidak ada yang mendengar ia berbicara dengan sesuatu yang tak kasat mata.
“Apakah orang – orang dengan kemampuan supranatural bisa melihatmu?”
“Tentu saja tidak. Aku adalah entitas yang bukan termasuk makhluk halus seperti jin dan sebagainya. Bahkan kamu pun yang berbicara denganku, tidak bisa melihatku. Ingat, kau bukan manusia dengan kekuatan supranatural,” jawab Dark dengan cara bicara yang cukup cepat. “Bahkan orang dengan kemampuan supranatural juga tidak akan bisa mengira kemampuanmu ini. Ini memang tidak akan bisa dijelaskan secara sains maupun spiritual. Dan bila kau menanyakan hal ini kepada mereka, maka kau akan dicap mengalami halusinasi.”
Dagaz merebahkan tubuhnya ke kasur. Pandangannya melihat plafond kamarnya. Dagaz kebingungan dengan jawaban Dark. Ia merasa tidak pernah mengkonsumsi obat terlarang atau sejenisnya. Ia berpikir mungkin benar apa yang dikatakan Dark sebelumnya. Ia mengalami depresi yang membuatnya saat ini mengalami halusinasi.
Dark mengerti apa yang dipikirkan oleh Dagaz. Seketika nuansa kamar berubah dingin, tidak seperti biasanya. Dagaz pun segera menyadari perubahan suhu tersebut. Ternyata itu adalah ulah Dark agar Dagaz mengalihkan pikirannya dari pemikiran halusinasi. Dagaz segera keluar dari kamar itu dan seketika udara kembali normal. Dagaz tidak tahu bahwa kejadian tersebut adalah ulah Dark. Dagaz berpikir ada makhluk lain di kamarnya. Ia perlahan masuk ke dalam kamarnya dan merasa suhu telah kembali normal. Dagaz sebenarnya tidak percaya dengan hal gaib, namun kehadiran Dark telah mengubah pemikirannya tentang itu.