2007 Pertengahan Tahun
Seperti biasa di kamarnya yang senantiasa hanya detak jam yang berbunyi, Dagaz kembali berdiskusi dengan kedua entitas dimana Light sebagai penghuni baru di pikirannya. Ia tetap menganggap keberadaan kedua entitas itu ada namun berbeda dengan makhluk astral. Sehingga ia tidak pernah berpikir untuk mencoba menanyakan keberadaan mereka kepada manusia yang memiliki kemampuan khusus atau indigo. Lagipula ia tidak peduli bila dianggap gila ketika sedang berbicara dengan mereka ketika orang lain melihatnya. Karena memang hanya Dagaz sendiri yang bisa merasakan kehadiran mereka. Makhluk kuantum yang bukan termasuk makhluk astral.
Kini Dagaz ingin coba memulai pembahasan tentang pemikirannya yang selama ini ia pendam karena tidak yakin bahwa ada manusia yang bisa diajak berpikiran terbuka di sekitarnya. Ia menarik nafas panjang sejenak. Dark dan Light siap menyimak pembahasan yang Dagaz ingin utarakan kepada mereka.
”Baiklah, sekarang giliran aku yang memulai diskusi ini. Selama ini yang aku pikirkan adalah, apakah manusia tidak sedang dalam proses berevolusi? Maksudku, dari pengamatanku, kondisi alam akan terus memburuk. Berarti akan ada waktunya manusia harus dan secara terpaksa beradaptasi dengan kondisi alam yang memburuk. Bukankah begitu?”
“Manusia juga berevolusi, Dagaz. Hanya saja mereka merekayasa hal itu dengan penggunaan teknologi. Pada akhirnya mereka semua akan timbul ketergantungan pada teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Mereka terlalu dimanjakan oleh penemuan mereka. Dan kau adalah bagian dari mereka, jadi kau juga akan mengalami hal yang sama. Mungkin dari fisik, mereka tidak terlalu terlihat, namun dari segi pengetahuan, perkembangan mereka akan jauh lebih cepat. Sebagai gantinya, mereka terlalu menggunakan pikiran mereka untuk itu dan muncul ketergantungan karenanya,” jawab Dark.
“Namun tidak semuanya bergantung pada teknologi. Beberapa dari mereka ada yang menyesuaikan dirinya dengan alam. Dengan kehendak bebas yang kau miliki, kau bisa memilih untuk bergantung kepada teknologi itu, atau kau mengubah dirimu agar bisa mengikuti perubahan alam. Contoh paling mudah adalah ketahanan tubuh terhadap cuaca yang semakin panas. Manusia dengan teknologi yang dimiliki, menggunakan air conditioner untuk memanipulasi suhu ruangan. Namun kamu bisa merekayasa tubuhmu agar mampu beradaptasi dengan suhu yang panas maupun dingin.” Light segera membantah kalimat Dark yang secara tidak langsung menyatakan bahwa Dagaz akan mengikuti arus manusia yang bergantung pada teknologi.
Dark mengerti ucapan Light, kali ini Dark tidak mau membantahnya. Dark setuju dengan pemikiran Light. Ia berharap Dagaz bisa merekayasa tubuhnya sendiri agar bisa mengikuti perubahan alam. Terutama Dark ingin agar Dagaz bisa merekayasa sistem kekebalan tubuhnya agar tahan terhadap penyakit yang di masa depan akan bertambah parah. Dark memprediksi akan datangnya kematian besar – besaran seperti siklus yang sudah berlangsung sebelumnya. SARS adalah contohnya, namun itu hanyalah suatu permulaan sebelum hal yang lebih besar datang. Dark juga harus membawa Dagaz agar tetap hidup di masa mendatang. Apalagi proses pengurangan populasi akan berlangsung suatu saat nanti. Demi keseimbangan sumber daya dan populasi manusia.
“Aku juga berpikir seperti itu. Bila manusia tidak segera berevolusi, kemungkinan masa hidup mereka akan semakin lebih pendek. Terutama proses kerusakan sel semakin cepat akibat radikal bebas. Mereka merusak DNA yang selanjutnya menjadi benih tumbuhnya penyakit.”
“Kau sudah memikirkan hal sejauh itu. Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya Dark.
“Melakukan eksperimen....” ucapan Dagaz terhenti. Terlintas secara jelas di pikirannya bahwa melakukan hal itu membutuhkan peralatan yang memadai. Belum lagi melakukan ujicoba kepada manusia adalah tidak memungkinkan bagi Dagaz. Dark membaca pikiran Dagaz dan tertawa karenanya. Dark kemudian tertawa yang membuat Dagaz bingung karenanya. Suasana kamar tetap saja hening meskipun suara tawa Dark terdengar keras di telinga Dagaz. Sesekali bunyi detak jam memecahkan suara tawa Dark di telinga Dagaz.
“Kenapa kau tidak menggunakan dirimu sendiri sebagai kelinci percobaan?” saran Dark.
Tidak pernah terpikirkan di benak Dagaz untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan eksperimen. Namun tetap saja Dagaz masih memikirkan diperlukan peralatan yang memadai untuk itu. Lagi – lagi Dark hanya tertawa membaca pikiran Dagaz. Semakin bingung Dagaz dibuatnya. Kini Light mencoba ikut berbicara di tengah mereka.
“Kau mempunyai potensi yang tidak kau sadari Dagaz,” ucap Light dengan nada halus.
“Potensi? Potensi seperti apa?”
“Rekayasa pikiran!” jawab Dark langsung dan tegas.
“Kau harus mencoba mengembangkan kemampuan alam bawah sadarmu.”