2010 Pertengahan Tahun
Semester tiga kini harus dilalui oleh Dagaz. Kebutuhan akan laptop kini sudah menjadi hal pokok di dunia perkuliahannya. Terpaksa ia harus membeli laptop dengan uang hasil beasiswanya. Hanya saja, Sang Ibu melarang Dagaz untuk membeli laptop dengan spesifikasi yang mumpuni untuk kebutuhan teknik. Ia menyarankan Dagaz untuk mencari laptop yang murah karena beasiswa yang ia terima adalah untuk biaya kuliahnya. Dagaz pun menjadi iri dengan kakaknya, dimana biaya kuliahnya ditanggung sepenuhnya oleh orang tua Dagaz. Perdebatan tentang laptop pun tidak bisa dihindari. Karena Dagaz masih berstatus anak, maka mau tidak mau, ia harus mentaati ibunya yang berstatus orang tua. Inilah salah satu hal yang membawa Dagaz pada usaha untuk melepaskan ikatannya sebagai anak. Dagaz berpikir bagaimana ikatan darah orang tua dan anak bisa diputus. Namun kehadiran Light selalu mengalihkan keinginan Dagaz terhadap hal tersebut. Light berkata bahwa akan menjadi hal yang sulit untuk mengubah hal itu karena keterikatan tersebut sudah menjadi DNA pada tubuh Dagaz. Dagaz pun memahami hal itu. Ia bersungut – sungut karenanya.
Setelah kalah dari perdebatan tersebut, Dagaz terpaksa membeli sebuah laptop dengan spesifikasi yang seadanya. Wajah Dagaz terlihat muram karenanya. Ia benar – benar tidak mendapat support dari orang tuanya. Dark memahami pikiran Dagaz, ia mengirim Dagaz menjelajahi tahun 2020. Sepuluh tahun dari masanya kini.
------------------------------
2020 Awal Pertengahan Tahun
Dagaz melihat adiknya sedang menggunakan laptop miliknya. Dengan laptop itu pula ia melakukan kuliah online dan mengendalikan toko online miliknya. Tampak toko online milik adiknya jauh lebih berkembang daripada miliknya.
“Kau tahu Dagaz, bahkan karena hal yang kau lakukan pada adikmu, ia justru mendapatkan laptop dari orang tuamu. Tapi itu bukanlah masalah, karena kau memiliki yang lebih baik dari milik adikmu,” celoteh Dark.
“Tentu saja, karena dimasa ini aku sudah bekerja. Bukankah itu adalah hal yang sangat wajar?” tanya Dagaz sambil marah kepada Dark. “Berarti apa yang kulakukan selalu ada efek baik dibaliknya, kan?” jawab Dagaz dengan bangganya.
“Dan kau tahu kan kenapa dia harus melakukan kuliah online?”
“Tentu saja karena saat ini pendidikan dilaksanakan secara online. Apa yang salah dengan itu?” tanya Dagaz heran.
“Bukan itu maksudku. Kau tahu virus ini sedang melanda dunia, dan kau tahu bukan, apa gunanya virus ini?”
“Tentu saja. Bahkan apa yang kulakukan di masa lalu ternyata memang ditujukan untuk menghadapi virus ini. Tubuhku sudah berubah total sejak tahun 2005. Tunggu. Hm... aku tahu maksudmu. Ternyata itu tujuannya mengapa aku mempelajari dunia komputer. Baik – baik aku paham sekarang. Ternyata ada gunanya juga aku mempelajari hal itu.”
“Baiklah kalau kau sudah paham. Namun ingatlah, pendidikanmu tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Jadi percuma kamu menjelaskan soal itu, karena tidak akan ada yang mempercayaimu. Tapi tak apa. Simpanlah itu untuk dirimu sendiri. ”
“Hm... baiklah kalau begitu. Anggap saja aku adalah makhluk egois. Hihihi.”
------------------------------
2010 Pertengahan Tahun
Dagaz menjalani kehidupan kuliah seperti biasanya. Rasa bosan mulai melanda dirinya yang tidak terlalu menyukai pelajaran di kampusnya. Ia justru lebih senang menggeluti dunia komputer daripada dunia teknik sipil. Namun Dagaz berpikir kemungkinan dunia komputer yang sedang digelutinya saat ini bisa jadi hanyalah keinginan sesaat seperti saat ia tertarik dengan dunia divinasi. Rasa iri selalu menghampirinya, dimana teman – teman kampusnya menggunakan laptop yang jauh lebih bagus daripada miliknya. Ia ingin mempunyai laptop seperti itu. Dimana ketika yang lain sudah menggunakan i series, dia hanya menggunakan celeron.
“Kau tak perlu iri Dagaz. Kau bisa mengubah kemampuan laptopmu itu menjadi setara dengan laptop mereka.” Dark memberikan semangat kepada Dagaz.
“Bagaimana bisa?”
“Apakah kau melupakan LOA yang sudah kau pelajari sebelumnya?”
Dagaz terheran dengan ucapan Dark. Ia tidak pernah berpikir menggunakan LOAnya untuk memanipulasi barang elektronik sebelumnya. Pikiran logikanya pun mulai berjalan. Bila memaksakan kehendak terhadap mesin, maka mesin tersebut akan menghasilkan panas yang berlebih. Walaupun mesin mengalami panas, namun mesin tidak akan mengalami kerusakan selama panas yang ia tanggung tidak melebihi panas yang mampu ditahan oleh mesin itu sendiri. Untuk menjaga suhu mesin agar tetap dingin, maka diperlukan suatu pendingin untuk menjaga stabilitas suhu mesin itu. Dagaz mengecek di internet kemampuan suhu maksimum yang dapat ditanggung oleh komponen laptopnya. Dagaz kemudian memfokuskan pencariannya kepada prosessor. Karena prosessor adalah otak dari laptop, maka ia mencoba memaksimalkan kemampuan prosessornya. Untuk memudahkan aliran angin dingin menuju mesin, maka Dagaz mengubah dudukan laptopnya menjadi lebih tinggi agar kipas mampu menarik lebih banyak udara untuk mendinginkan laptop. Setelah Dagaz merasa cukup, ia menginstal program untuk mengecek suhu komponen laptop agar terpampang di desktop. Dengan itu dia bisa mengawasi pemakaian maksimum laptopnya. Dagaz membuat dudukan itu permanen dengan laptop.
“Apakah pelajaran yang kau petik dari ini?”
“Ah, kau benar juga. Ketika mengalami kendala, maka otak akan semakin kreatif mencari solusi untuk mengatasi masalah. Tampaknya ini adalah salah satu contoh pembelajaran manipulasi yang sangat mudah. Mengandalkan logika sebab akibat.”