2020 Januari 1
“Selamat datang di tahun 2020. Tahun dimana eliminasi massal sedang digalakan. Tahun dimana para kapitalis memanfaatkan bencana ini untuk mencari keuntungan. Tahun hoax tentang virus akan terus berjalan. Vaksin digalakan namun hal itu tidak akan berguna, hahaha,” sambut Dark kepada Dagaz tepat jam 00.00 1 Januari 2020. Suara meriah dari petasan masyarakat yang menyambut tahun baru hiruk pikuk menghiasi sekitarnya. Langit tampak berwarna warni dengan kilau mesiu berwarna. Jedar jedur sangat berisik.
“Sudah dimulaikah? Bukankah sudah dimulai sejak tahun kemarin?” tanya Dagaz curiga.
”Kau benar. Memang ini dimulai sejak tahun kemarin. Maka dari itu kamu dipertemukan dengan mereka yang memiliki kemampuan khusus. Sayang sekali kau tidak mengambil informasi dari mereka. Tapi tak apa, setidaknya itu sudah membawamu kepada kenyataan bahwa ada manusia yang memiliki kemampuan indigo. Entah berasal dari turunan atau hasil pengolahan spiritual. Lalu apa rencanamu sekarang?”
“Aku tetap pada yang kulakukan sekarang. Eksperimen,” jawab Dagaz tegas.
“Beruntunglah dirimu sudah dipersiapkan untuk itu. Bahkan TBC tidak mampu memberikan efek signifikan kepadamu. Meski pada akhirnya kamu harus tetap mengkonsumsi obat itu selama sembilan bulan. Yah, hanya sebagai formalitas agar kamu tetap terlihat sebagai manusia.”
“Aku heran, kenapa ketika aku sakit, berat badanku justru naik. Padahal seharusnya orang yang sakit cenderung berat badannya turun. Apa ini hasil eksperimenku?”
“Benar sekali. Pola hidupmu yang cenderung tidak bersih dan justru menantang penyakit, membawa banyak data untuk disalin oleh sel antibodimu. Ditambah LOA yang kamu miliki menjadi katalisator untuknya. Tapi jangan lupa, tanpa kau sadari, kau sudah melewati masa kematianmu yang ke empat. TBC telah membawamu melaluinya. Untuk selanjutnya adalah tahun 2023. Bersiaplah untuk tahun itu.”
“Hm... benar juga. Tapi aku masih penasaran dengan tugas – tugas Para Lightworker. Banyak dari mereka yang tidak tahu apa tugas mereka. Terlebih para leluhur mereka lebih sering memberi sanepan daripada kalimat lugas.”
“Mereka memang seperti itu. Jangan heran. Lagipula masa sekarang hanyalah awal mula.”
2019 Juli
Dark membawa Dagaz kembali ke tahun 2019 dimana saat ini dia sedang chatting dengan pacarnya. Dagaz menyimak chat yang dishare oleh pacarnya itu. Sebuah grup chat yang membahas dunia supranatural. Pacarnya itu mengajak Dagaz untuk bergabung dengan grup tersebut. Dia tahu bahwa Dagaz juga tertarik dengan dunia supranatural dan sains. Mungkin dengan ikut bergabung grup tersebut, Dagaz bisa menambah pengetahuan tentang dunia yang dianggap mistis. Dagaz awalnya ragu untuk ikut dengan grup tersebut. Namun ternyata rayuan pacarnya mampu membawa Dagaz untuk bergabung dengan grup tersebut.
Setelah ia masuk ke dalam grup chat tersebut, Dagaz hanya menjadi silent reader. Sementara ia hanya mengamati pembicaraan antar anggota grup tersebut. Ia tidak berani berkomentar untuk sementara, kecuali ada sesuatu yang membuat tanda tanya di pikirannya. Ternyata grup tersebut lebih sering membahas tentang sejarah Tanah Jawa. Entah dari referensi mana, Dagaz tidak tahu tentang itu. Apalagi Dagaz tidak terlalu berminat dengan sejarah. Karena bagi Dagaz, sejarah hanyalah masa lalu yang cukup untuk menjadi pembelajaran saja.
Setelah beberapa hari ia mengamati pembahasan di grup tersebut. Dagaz mulai berani ikut serta mengetikkan pendapatnya di grup chat tersebut. Dagaz melihat bahwa semua anggota di grup tersebut sangat open minded, mereka bisa menerima berbagai sudut pandang. Bahkan ketika diajak berdebat oleh Dagaz, tidak ada dari mereka yang merasa tersinggung. Dagaz berpikir bahwa grup tersebut sangat cocok untuknya. Dagaz merasa ia bisa bergabung dengan grup tersebut untuk waktu cukup lama.
Entah berapa hari setelahnya, grup tersebut mulai mengadakan acara kopdar di suatu tempat seperti food junction. Dagaz bersama pacarnya ikut datang ke acara tersebut. Disitu Dagaz mendapatkan sosok wanita yang menurut instingnya memiliki kemampuan yang tidak biasa. Itulah hawa manusia yang Dagaz rasakan ketika bertemu dengan wanita itu.
“Aku juga merasakannya, Dagaz. Dia wanita yang unik.” ucap Dark.
Tidak berapa lama, Sang Sepuh datang menghadiri Dagaz. Tangan Sang Sepuh langsung menyentuh pundak Dagaz, tepat setelah ia mendekati Dagaz. Saat itulah Dagaz merasakan sesuatu yang aneh dari Sang Sepuh. Tapi untuk sementara, Dagaz mengabaikan hal itu. Ia ingin mengetahui seperti apa grup tersebut. Terutama, ia merasa bahwa grup tersebut berisikan beberapa anggota yang memiliki kemampuan khusus. Semacam indigo.
“Kau harus waspada dengannya, Dagaz. Kita belum tahu tujuan dia yang sebenarnya.”
Ternyata pacar Dagaz tidak hanya mengajaknya, namun ia juga mengajak teman masa kuliahnya, Ungu. Entah apa yang membuat temannya itu ikut dalam grup ini. Mungkin temannya itu juga memiliki kemampuan khusus, namun Dagaz tidak bisa merasakan hawa unik pada temannya itu. Tidak seperti hawa pacarnya yang terasa unik baginya. Dagaz berniat menyelidiki lebih lanjut kemampuan temannya itu.
Dagaz berkenalan dengan wanita yang berada di sebelahnya. Wanita dengan alis tebal dan hawa yang unik. Nama wanita itu Hara. Hawa manusia Hara walaupun unik, namun berbeda dengan hawa manusia pacarnya, Maia.
Disitu pula ia bertemu dengan Tio, salah satu anggota yang pernah ia ajak debat di grup chat tersebut. Maia memperkenalkan Tio kepada Dagaz, bahwa Tio sama seperti Dagaz yang tertarik dengan sains dan supranatural. Tio juga mencoba mengaitkan hal supranatural dengan sains. Namun Dagaz tidak merasakan hawa unik pada Tio, bisa jadi Tio hanya memberikan penjelasan berdasarkan apa yang ia baca, bukan berdasarkan apa yang ia rasakan. Walaupun Tio mengaku sering melakukan meditasi bersama Sang Sepuh. Lagi – lagi Dagaz mengabaikan hal itu. Baginya, Tio bukanlah pihak penting yang harus ia waspadai.