2045 Januari
Dagaz telah melewati masa – masa yang panjang dalam hidupnya. Ia tengah berjalan – jalan di suatu taman. Awalnya semua terasa normal. Orang – orang berjalan dan anak – anak berlarian. Burung – burung berkicau dengan riangnya. Cuaca sangat cerah saat itu. Dagaz mencari kursi di taman tersebut untuk duduk beristirahat sementara. Sesampainya di kursi tersebut, Dagaz bersantai. Tiba – tiba suasana berubah sendu. Langit tiba – tiba menjadi lebih gelap. Orang – orang yang berada di taman berangsur meninggalkan taman. Mereka berpikir bahwa sebentar lagi akan hujan.
Tepat di taman tersebut, Dagaz bertemu dengan seseorang yang tampaknya pernah ia kenal. Namun Dagaz lupa dengan nama orang tersebut. Tiba – tiba orang tersebut mengarahkan wajahnya kepada Dagaz. Dagaz masih belum mengenali siapa orang tersebut. Perlahan, orang tersebut mendekati Dagaz. Tepat setelah berada di depan Dagaz, orang tersebut mengenalkan dirinya kepada Dagaz. Dagaz berdiri dari tempat duduknya.
“Hello,” sapa orang tersebut dengan senyumnya yang ramah, berjalan menuju Dagaz.
Tiba – tiba udara sekitar taman tersebut terasa berbeda. Angin berhembus kencang. Dagaz terheran mengapa orang tersebut seperti pernah mengenal dirinya. Dagaz mencoba akrab dengannya sambil mengingat – ingat kembali siapa orang tersebut.
“Kau kenal siapa dia, Dark?” tanya Dagaz yang lupa dengan nama orang tersebut.
“Kau sudah lupa siapa dia ternyata. Bahkan dia ada di cerita yang pernah kau buat,” ucap Dark mencoba mengingatkan Dagaz tentang cerita yang pernah ia tulis.
“Cerita?” Dagaz sedikit terheran dengan jawaban Dark. Ia mengernyitkan dahinya.
“Benar, dia adalah tokoh di ceritamu. Kini dia berada di depanmu.”
Dagaz kini bertemu dengan tokoh yang pernah ia tulis ketika ia masih muda. Pria tersebut masih saja menebarkan senyumnya yang hangat. Ia berhenti di hadapan Dagaz, memberi salam.
“Hai, Dagaz. Kau tidak berubah sejak 25 tahun yang lalu ya,” ucap orang itu.
Mendengar kata 25 tahun dan cerita, Dagaz langsung mengenali sosok itu. Dia adalah Herrscher. Salah satu tokoh yang ada di cerita buatannya. Dagaz tertawa karenanya.
“Benar. Aku masih sama dengan wujudku yang lama,” balas Dagaz.
“Dark masih mengikutimu ternyata. Apakah entitas yang lain, saat ini masih mengikutimu juga? Aku tidak melihat mereka,” tanya Herrscher dengan wajah sedikit tertawa.
“Mereka masih ada, tapi memang saat ini mereka tidak di sini. Ada keperluan apa kau datang ke masa ini? Melihat kedatanganmu saat ini, itu berarti tugasmu belum selesai.”
“Kau benar. Aku sudah membaca cerita yang kau tulis. Sungguh aneh melihat novel yang menceritakan tentang diriku. Padahal hal tersebut belum terjadi di masamu.”
Dagaz tiba – tiba teringat perkataan Herrscher barusan. Ia bertanya dalam hatinya, sejak kapan Herrscher bisa melihat entitas. Dalam cerita yang ia buat, tidak ada satu adegan pun yang menggambarkan Herrscher bisa melihat entitas. Dagaz kembali mengingat – ingat ceritanya, namun tidak ada satupun adegan yang menggambarkan hal itu.
“Jangan – jangan, Death saat ini ada bersamamu?”
Herrscher tertawa kecil karena ternyata Dagaz menyadari bahwa saat ini Death hadir di tengah mereka. Herrscher ingin mencoba kemampuan Dagaz saat ini. Dengan sedikit gerakan tangan, Herrscher menunjuk Dagaz dengan jari telunjuknya. Sesuatu yang tampak bening berbentuk panah, mengarah pada Dagaz. Dagaz yang menyadari adanya gerakan aneh yang keluar dari jari Herrscher, segera melompat, menghindari arah jari Herrscher. Seketika terjadi ledakan kecil yang merusak tanah yang diinjak oleh Dagaz sebelumnya. Dagaz yang menulis kisah tentang Herrscher, tentu mengetahui kemampuan Herrscher. Vector.
Herrscher menepuk tangannya, memberikan pujian pada Dagaz yang bisa menghindari serangannya yang nyaris tak kasat mata. Dagaz menjadi emosi karena Herrscher menyerang tiba – tiba seperti itu.