2017 Maret
Seperti yang telah dikatakan oleh Dark, Dagaz mendapati virus berada di tubuhnya. Namun keanehan yang muncul adalah tidak ada tanda – tanda gejala tersebut. Bahkan pernafasan Dagaz tetap normal seperti biasanya. Hal inilah yang membuat Dagaz tidak mengetahui kondisi tubuh sebenarnya. Dark tidak memberitahukan hal tersebut untuk menguji daya tahan tubuh Dagaz. Perlahan dari leher Dagaz, terdapat benjolan kecil berwarna merah. Dia mengira itu adalah gigitan serangga. Dagaz meraba – raba benjolan tersebut, tidak terasa sakit maupun gatal. Sementara Dagaz meminyaki benjolan tersebut untuk mengurangi benjolan tersebut.
Setelah beberapa hari, benjolan tersebut nampak seperti absis. Orang tua Dagaz segera menyuruh Dagaz untuk ke puskesmas mengecek kondisi tubuhnya. Namun ketika di cek oleh dokter di puskesmas, dokter tersebut segera merujuk Dagaz untuk ke rumah sakit terdekat karena berpikir itu adalah tumor. Dagaz merasa aneh dengan diagnosis semacam itu.
Keesokan harinya, Dagaz mengunjungi rumah sakit yang dirujuk oleh dokter di puskesmas kemarin. Setelah melalui antrian panjang, akhirnya Dagaz diperiksa oleh dokter tersebut. Dokter tersebut mengecek kondisi leher Dagaz dan merasa sedikit aneh. Dia menyarankan Dagaz untuk menjalani tes USG untuk melihat kondisi leher Dagaz sebenarnya.
Besoknya, Dagaz melakukan tes USG. Dan hasil pengetesan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh pada leher Dagaz, kecuali absis. Dokter yang melakukan pengecekkan tersebut menyarankan Dagaz untuk kembali ke dokter sebelumnya untuk mendapatkan saran perawatan lebih lanjut. Sampai saat itu, Dagaz masih tidak tahu penyebab utama benjolan pada lehernya.
Besoknya, Dagaz menemui dokter yang menyarankan tes USG. Melihat hasil pemeriksaan tersebut, dokter itu lalu menyarankan untuk melakukan tes biopsi untuk mengetahui cairan apa sebenarnya yang berada di leher Dagaz. Tentu saja besoknya Dagaz menjalani tes biopsi.
Setelah melewati test biopsi, dokter yang melakukan pengecekkan tersebut sedikit bingung dengan hasil testnya. Ia meminta waktu kepada Dagaz untuk berkoordinasi dengan dokter lainnya. Satu hari telah terlewati, Dagaz menerima hasil tes biopsi yang menyatakan bahwa itu adalah TBC. Segera Dagaz disarankan datang ke spesialist paru. Dari dokter spesialist itu, Dagaz disarankan untuk test thorax. Tanpa pikir panjang, keesokan harinya Dagaz menjalani test Thorax. Namun dari hasil test tersebut, tidak ada sesuatu yang aneh di rongga dadanya. Semua tampak normal. Namun karena hasil biopsi menyatakan demikian, maka Dagaz harus menjalani pengobatan TBC selama 9 bulan.
“Dark, menurutmu apakah ini benar TBC? Aku meragukannya.”
“Sudah, jalani saja. Ini berguna untuk kedepannya.”
------------------------------
Dagaz menjalani pengobatan TBC, dimana dosis obat yang ia dapatkan sangat mendekati batas atas dan batas bawah karena berat badan Dagaz berada di tengah – tengah dosis tersebut. Bila berat badan Dagaz menurun, maka Dagaz akan mengalami overdosis. Dan hal itu harus ia jalani selama 9 bulan ke depan. Dagaz juga mendapatkan cerita dari saudara salah satu pasien di rumah sakit tersebut bahwa obat tersebut termasuk obat keras yang bisa saja merusak sistem hati. Bahkan saudara pasien tersebut meninggal karenanya. Dagaz tidak merespon apapun terhadap cerita tersebut. Baginya, itu adalah hal yang harus dia jalani. Apalagi ini adalah tahun 2017, tahun dimana kematiannya yang ketiga akan menghampiri.
Setiap pagi Dagaz meminum obat tersebut. Rasa mual di tubuhnya selalu muncul usai meminum obat tersebut, namun Dagaz tidak menceritakan reaksi tersebut kepada orang – orang di rumahnya. Ia terus bertahan dengan kondisi tersebut.
“Bersabarlah Dagaz, ini adalah proses yang harus kamu lalui.”
Pada pagi hari minggu, Dagaz meminum obat tersebut. Seketika obat tersebut benar – benar membuat kepalanya pusing dan mual secara bersamaan. Benar – benar membuat Dagaz kehilangan kesadaran. Perlahan pandangannya menghitam. Ia tertidur dalam lelapnya.
------------------------------
Sore hari menjelang. Dagaz merasakan perubahan dalam tubuhnya. Jerawat muncul di wajahnya, namun ia merasa bahwa itu adalah proses pengeluaran racun dalam tubuhnya. Setelah beberapa bulan setelahnya, Dagaz mulai terbiasa dengan obat tersebut. Dia belajar bagaimana mengantisipasi efek negatif dari obat tersebut. Dagaz kini menjalani kegiatannya dengan normal meskipun harus tetap minum obat tersebut untuk beberapa bulan ke depan. Dagaz membalut lehernya dengan semacam sabuk untuk menghindari gesekan antara lehernya dengan kerah bajunya. Itulah penampilan Dagaz selama menjalani pengobatan tersebut.