Liestje berjalan berjinjit tanpa memuntahkan suara. Sesekali langkahnya terhenti. Ia takut Stella yang sedang berjalan di depan, agak jauh dari Liestje, memergokinya sedang membuntuti Stella.
Keinginan itu sudah lama hendak Liestje lakukan lantaran setiap pagi ia melihat Stella sering pergi pagi buta membawa bekal makanan. Sejak mereka berdua pindah ke timur Rotterdam, tanpa Liestje tidak tahu sama sekali alasannya. Bahkan sekolahnya pun pindah. Ia seperti menjalani kehidupan baru.
Saat Liestje bertanya pada Stella, jawabannya selalu sama, seperti mengulang lagu lama. “Rumahmu sedang di perbaiki. Papa, Mama, Hella, dan Rudolf ikut membantu memperbaiki rumah, supaya nyaman untuk Liestje tinggali.” Begitu jawaban selalu disenandungkan Stella. Kadang hanya diubah susunan kalimatnya saja.
“Terus kapan selesainya?”
“Oh, sebentar lagi. Tinggal membuat taman kecil untuk bunga Dahlia Merah,” balas Stella menenangkan keresahan Liestje.
Namun keresahan hati Liestje sukar dibendung. Diam-diam ia merencanakan pergi untuk menyaksikan sendiri seperti apa rumah barunya dan taman untuk bunga Dahlia Merah. Lebih dari itu ia hendak berjumpa mama, papa, Hella dan pamannya.