6,5 tahun setelah segalanya terampas.
Tidak lama lagi kapal Blauwe Parel akan membawaku mengarungi semesta biru. Menyesap aroma dunia baru, menggegah hamparan ufuk tak bertepi, mengecap kelembutan belaian alam, menelinga melodi kehidupan.
Kutatap kapal besar berbalut warna biru itu. Seperti artinya, mutiara biru, mewah mengagumkan. Orang-orang Belanda begitu mengelu-elukan kapal ini, lantaran tak semua orang sanggup menjejakkan kakinya di geladak Blauwe Parel. Kalaupun bisa serupa keajaiban semesta.
“Liestje,” ucap Arienne di sampingku. “Apa kau yakin hanya membawa buku merah milik Pamanmu?”
Kujawab dengan anggukan dan senyum. Sejak kemarin Arienne tak tenang hatinya lantaran aku tak membawa banyak bekal untuk kepergian jauhku. Engkau tak tahu seperti apa kebutuhan hidup di tempat barumu, bisa-bisa malah sengsara, menderita di sana, gerutu Arienne malam itu.