“Juffrouw Viona sudah ditunggu Meneer Gerben,” ucap Kardiyah, sewaktu aku tiba di pabrik. Hari ini aku diam-diam bertemu dengannya, untuk membuktikan janjiku pada laki-laki penuh hutang itu.
Kardiyah mengantarku ke ruang kerja Gerben. Sesekali kudapati ekor matanya melirikku, membuatku resah bertanya-tanya.
Gerben dengan gegas menyambutku. Wajah kusut kuyunya cerah penuh harap saat aku jadi datang. Ruang kerjanya berserak hamburan berkas-berkas. Aroma kantor ini terasa muram, semuram nasib pemiliknya.
Kardiyah berlalu usai mengantarku, namun aku masih melihatnya mencuri pandanganku. Ada apa dengan perempuan ini? Gelisahku.